Senin, 22 Juni 2015

Analisis Film Ada Apa Dengan Cinta Reviewed by Esemka Date 6/22/2015 03:55:00 PM

Analisis Film Ada Apa Dengan Cinta

Analisis Film
Ada Apa Dengan Cinta

 









Fathurrahman Maulana S

NIM. 1455428









INSTITUT SENI BUDAYA INDONESIA (ISBI) BANDUNG
PRODI TELEVISI DAN FILM
2015


 



Sutradara       Rudy Soedjarwo
Produser        Mira Lesmana, Riri Riza
Penulis            Jujur Prananto, Prima Rusdi, Rako Prijanto
Musik  Anto    Hoed, Melly Goeslaw
Distributor     Miles Productions
Tanggal rilis   7 Februari 2002
Durasi             112 menit
Negara            Indonesia

Ada Apa Dengan Cinta? mampu mencampurkan beberapa ideologi dan pola pikir kehidupan remaja tanpa perlu menyalahkan salah satunya. Kita ambil contoh saat pertemuan Rangga dan Cinta di Kwitang dimana Cinta lebih memilih datang ke konser PAS Band bersama teman-temannya. Setelah itu muncul pertengkaran antara mereka berdua yang dipicu oleh sebuah dialog dari Rangga yang begitu membekas bagi saya, yakni "Apa namanya kalau bukan mengorbankan kepentingan pribadi demi kepentingan yang kurang prinsipil?" Yak! Seolah tiba-tiba saya merasakan bahwa Rangga meneriakkan kata hati saya yang selama ini terus terpendam entah karena tidak ingin atau tidak tahu bagaimana mengucapkannya. Tapi dengan dialog tersebut tidak membuat film ini menyalahkan remaja yang menomor satukan sahabat diatas segalanya, tapi juga tidak pernah sekalipun film ini membenarkan hal tersebut. Itulah hebatnya film ini, bahkan sebaris kalimatpun akan mampu membuat penontonnya merasa bahwa "ini film gue!" Bicara soal baris kalimat tentunya begitu banyak kata-kata yang akan selalu terngiang di benak penontonnya. Mulai dari dialog romantis dari puisi macam "Pecahkan saja gelasnya, biar ramai" atau sampai dialog yang mungkin dianggap remeh macam "Basi, madingnya udah siap terbit" dan masih banyak lagi dialog memorable lainnya. Tentunya puisi "Ada Apa Dengan Cinta?" diakhir film akan selalu dikenang. Semuanya tergantung selera tiap penonton mau memilh dialog atau adegan mana yang jadi favorit mereka. Jika mayoritas orang merasa adegan ciuman Rangga dan Cinta sebagai yang paling romantis saya lebih memilih adegan menjelang akhir saat Cinta dan teman-temannya membicarakan perihal perasaan Cinta pada Rangga. Cinta tidak menjawab pertanyaan mereka tapi langsung menangis dan disusul pengakuan perasaannya. Adegan yang begitu mengharukan, romantis sekaligus natural.

Jajaran pemain dalam film ini begitu mampu memberikan permainan terbaik mereka. Tidak hanya itu, lewat film ini jugalah banyak bintang-bintang muda berbakat yang mencuat ke permukaan. Dian Sastrowardoyo dengan penampilannya yang begitu hebat sebagai Cinta jelas yang paling jadi sorotan. Dengan baik ia menjadikan sosok Cinta begitu mudah disukai dengan sebuah penampilan menawan yang tidak pernah kehilangan sisi naturalnya. Lewat film inilah Dian menjadikan dirinya sebagai aktris nomor satu di Indonesia saat itu, padahal ini barulah film keduanya setelah debutnya lewat Pasir Berbisik. Sedangkan bagi Nicholas Saputra ini adalah debutnya dalam film layar lebar dan langsung menjadikannya sosok idola kaum remaja wanita. Sosok Rangga yangcool dan punya pola pikir cukup dewasa ia tampilkan dengan baik, chemistry mereka berdua juga nyaris tiada duanya dalam perfilman kita sampai sekarang. Selain Dian dan Nico masih banyak pemain yang menjadikan film ini sebagai debutnya sebelum meraih popularitas seperti sekarang. Ladya Cheryl yang disini menjadi Alya nantinya akan menjadi aktris yang berseliweran di film-film berkualitas macam Fiksi. hingga Babi Buta yang Ingin Terbang. Adinia Wirasti sebagai Karmen juga menjalani debut disini. Sama seperti Ladya Cheryl dia akan membintangi beberapa film bagus meski tidak banyak, seperti 3 Hari Untuk Selamanya dan Ruang. Ada juga Sissy Priscillia dan Dennis Adhiswara yang juga melakoni debut mereka disini. Sedangkan Titi Kamal juga sama seperti Dian Sastro yang makin melambungkan namanya lewat film ini setelah sebelumnya membintangi Tragedi yang juga disutradarai Rudy Soedjarwo.

Dari isian soundtrack-nya juga film ini sangat luar biasa. Disinilah karya-karya terbaik seorang Melly Goeslaw dan Anto Hoed dalam dunia film hadir. Senada dengan filmnya yang sederhana namun mengena, lagu-lagu yang melantun sepanjang film juga tidaklah overdramatic seperti beberapa ost. bikinan Melly akhir-akhir ini. Lagu-lagu macam Ada Apa Dengan Cinta, Kubahagiasampai Tentang Seseorang yang dinyanyikan Anda Bunga sangat tepat dalam mengiringi naik turunnya emosi dan konflik yang ada. Demikianlah Ada Apa Dengan Cinta? Sebuah fenomena yang memang layak mendapatkan gelar tersebut. Sebuah momen kebangkitan film Indonesia yang memang punya kualitas yang patut dibangga-banggakan. Saya sendiri berniat untuk menuangkan segala kelebihan dan apa-apa saja yang saya dapatkan lewat film ini sehingga membuat filmnya begitu fenomenal bagi saya sekalipun. Tapi nyatanya terlalu banyak yang bisa dituangkan sehingga saya memilih untuk hanya mengambil beberapa poin saja, tapi berani saya jamin yang ditawarkan oleh AADC? jauh lebih banyak dan mendalam dibanding yang saya tuliskan. Inilah sebuah film yang tidak hanya berkualitas dan memorable tapi juga mampu memberikan cerminan yang begitu nyata pada kehidupan yang sesungguhnya. Bahkan sampai posternya pun begitu ikonik. Dampaknya bagi dunia sastra juga besar sampai buku Aku dicetak ulang setelah film ini.


Terimakasih Anda telah membaca tulisan / artikel di atas yang berjudul : Analisis Film Ada Apa Dengan Cinta jangan lupa komen dan berbagi :)

Tidak ada komentar :

Posting Komentar