Selasa, 21 April 2015
5W1H Program Sapa Indonesia
Reviewed by Esemka
Date 4/21/2015 07:57:00 PM
Label:
analisis
,
tugas
,
tv
5W1H Program Sapa Indonesia
Program
acara
Sapa
Indonesia
Kompas TV
Selasa 21
April 2015 07.00 WIB
Host : Timothy
Marbun, Bayu Sutiyono, dan Glory Oyong
Reporter :
Vicky Guen
Narasumber
: Yuyu Andrianti (Humas KPK)
Dilihat
dari aktualitas 5w1h
What, dalam
segmen ini terlihat sangat jelas mengangkat topic tentang Aksi anti korupsi
sekaligus peringatan hari katini ,diadakan acara Gerakan Nasional Saya
Perempuan Antikorupsi dan peluncuran program SPAK (Saya perempuan anti korupsi)
Who, selanjutnya
mejelaskan tentang siapa yg melakukan dan mengadakan nya, peringatan ini
dilakukan dan diadakan oleh KPK bersama Aktifis ICW lalu beberapa Mentri
Perempuan.
When, Kapan
diadankannya yaitu hari ini 21 April 2015 karena berita ini actual sehingga
disiarkan langsung secara live, ROSS Reporter berada di tempat kejadian dan
muncul di layar televisi melaporkan kejadian secara langsung.
Where,
dimana diadakannya acara ini yaitu dilakukan di gedung KPK, di beritahu saat
penyampaian oleh host.
Why, Kenapa
acara ini dilakasanakan menurut penyajian topic yg disampaikan karena sambil
meperingati hari kartini, mengingat banyaknya metri perempuan, maka diadakan
lah Gerakan Nasional Saya Perempuan Antikorupsi
How,
Dijelaskan oleh narasumber yg langsung diwawancarai oleh reporter saat libe
yaitu dengan melakukan sosialisasi tentang memberatas korupsi khususnya oleh
perempuan sebagai salah satu yg berpengaruh dalam pemberantasan korupsi, meberi
tahu 9 poin penting yg sudah disiapkan dan juga ada beberapa permainan yg akan
dilakukan sehubungan pemberantasan korupsi.
Sabtu, 18 April 2015
Perkembangan Film di Jerman
Reviewed by Esemka
Date 4/18/2015 11:56:00 AM
Label:
film
,
sejarah
Perkembangan Film di Jerman
Perkembangan Film di Jerman
Meskipun
kalah dalam perang dan mengalami berbagai masalah dalam perekonomian dan
politik, Jerman berhasil membangun industri film yang kuat. Dari tahun 1918
hingga berkembangnya kekuatan Nazi di tahun 1933, Perfilman Jerman hanya setingkat
di bawah Hollywood dalam ukuran, kemampuan teknis, dan pengaruh dari luar
lainnya. Film-film Jerman di putar di seluruh dunia dengan pengembangan
stylistic movement, expresionisme, dan terus berkembang dari tahun 1920, hingga
1926.
Pada
tahun 1916, Pemerintah Jerman melarang pemutaran film-film asing, sehingga
mereka memproduksi film-film mereka sendiri. Perusahaan film terus bertambah
banyak dari 25 buah (1914), hingga mencapai 130 buah (1918). Hingga akhir
perang, Universum Film Aktiengesellschaft (Ufa) menciptakan trend penggabungan
dua perusahaan, untuk menciptakan perusahaan yang lebih besar.
Walaupun
telah berkembang pesat, jika pemerintah Jerman menarik kembali peraturan
dilarang diputarnya film asing saat perang telah berakhir, film-film asing kemungkinan
besar akan masuk kembali (terutama dari amerika). Pemerintah jjerman sangat
mendukung industri perfilman dalam negeri pada periode ini, pelarangan
diputarnya film asing terus berlanjut hingga tanggal 31 desember 1920. Pada
tahun 1922 negara-negara lain yang sebelumnya membenci Jerman telah melunak,
dan film-film Jerman terkenal secara internasional. Pada tanggal 9 November
1918 republik Jerman di deklarasikan. Selama beberapa bulan partai-partai
radikal dan liberal bertarung untuk mendapatkan kekuasaan dan sepertinya
revolusi yang telah terjadi di Rusia akan terjadi di Jerman. Klimaks dari drama
politik Jerman terjadi pada tahun 1920, dan berkuasanya Nazi pada tahun 1933.
Perang
secara resmi berakhir dengan ditanda tanganinya perjanjian Versailles pada
tanggal 28 Juni 1919. Dari pada memperbaiki hubungan dengan Jerman, Inggris dan
Prancis lebih memilih untuk terus menekan musuh mereka tersebut. Mereka menuduh
Jerman sebagai penyebab dari konflik yang terjadi. Berbagai daerah kekuasaan
atau territorial diserahkan kepada Polandia dan Prancis (Jerman kehilangan 13%
dari daerah kekuasaannya). Jerman dilarang memiliki seratus ribu orang tentara
dalam angkatan bersenjatanya, dan semuanya dilarang memegang senjata. Dan yang
paling utama, pihak sekutu meminta Jerman untuk membayar semua kerusakan perang
(hanya Amerika yang menolak, mereka menanda tangani perjanjian damai mereka
sendiri dengan Jerman pada tahun 1921).
Hal-hal
tersebut secara berangsur-angsur menekan system financial Jerman Hingga
keterpurukan. Hingga akhirnya Jerman mengalami inflasi, bahkan Hyperinflasi di
tahun 1923. nilai mata uang mark Jerman yang awalnya bernilai 4 mark jika di
kurskan ke dalam dollar, setelah perang berubah menjadi 50.000 mark. Pada akhir
1923 nilai mata uang mark mencapai 6 miliar mark jika di kurskan.
Masalah
ekonomi ini tidak membuat semua orang menderita. Beberapa industri besar meraih
keuntungan dari inflasi. Sejak uang menjadi tidak berharga, para penerima gaji
lebih memilih untuk menghabiskan uangnya selagi uang tersebut masih bisa
digunakan untuk sesuatu, dan film adalah salah satu produk yang tersedia.
Pengunjung bioskop sangat tinggi pasa periode inflasi, dan banyak bioskop baru
yang dibangun.
GENRE DAN GAYA
PERFILMAN JERMAN PASCA PERANG
Genre film-film fantasy menjadi
yang paling menarik seperti film-film yang dibintangi oleh Paul Wegener, antara
lain The Golem (1920), dan Der Verlorene Schatten (The Lost Shadow, 1921).
Beberapa genre lainnya yang unggul pada era paska perang adalah genre
pertunjukan besar, gerakan Expresionist Jerman, dan film Kammerspiel.
PERTUNJUKAN-PERTUNJUKAN
BESAR
Setelah
perang, Jerman mencoba taktik serupa, menekankan pada pertunjukan-pertunjukan
besar. Beberapa dari film yang
dihasilkan meraih sukses yang serupa dengan Italia, dan secara tidak sengaja
menemukan sosok Sutradara mayor Jerman paska perang, Ernst Lubitsch.
Selama
Inflasi, Perusahaan Jerman yang besar merasa mudah untuk menggarap epik
sejarah. Beberapa firma menyediakan fasilitas studio, buruh yang membangun set
dan kostum mampu di biayai, dan para figuran dapat dibayar dengan murah. Hasilnya dapat bersaing secara
internasional dan seperti film karya Lubitsch yang berjudul Madame Dubarry
(1919), mengeluarkan biaya hanya sebesar 40.000 Dollar. Para ahli
mengatakan, jika film tersebut di produksi di Hollywood, biayanya bisa mencapai
500.000 Dollar. Lubitsch yang menjadi
sutradara menonjol dalam genre epik sejarah, telah membangun karirnya dari awal
tahun 1910-an sebagai comedian dan sutradara.
Negri
dan Lubitsch pertama kali bekerjasama pada tahun 1918 dalam film Die Augen der
Mumie Ma (The Eyes of the Mummy Ma). Lubitsch menyutradarai Madame Dubary pada
tahun 1919 berdasarkan kisah hidup selir Raja Perancis yang bernama King Louis
XV. Lubitsch lalu berusaha mengulang suksesnya dengan membuat film bertema
serupa yang berjudul Anna Boleyn (1920). Pada tahun 1923, Lubitsch menjadi
sutradara asal Jerman yang bernama besar yang di rekrut untuk bekerja di
Hollywood.
GERAKAN EXPRESIONIST JERMAN
Pada
Bulan Februari 1920, Sebuah film di putar di Berlin, dan dianggap sebagai
sesuatu yang baru : The Cabinet of Dr. Caligari. Film ini sukses. Menggunakan
setting penuh gaya, dengan bentuk bangunan yang aneh dan miring-miring di lukis
di kanvas sebagai backdrop layaknya teater. Aktornya tidak berakting secara
natural, malahan mereka bergerak seperti tarian.
Saat Dr. Caligari diputar untuk pertama
kalinya, pengkritik film dan para penonton dibuat terkagum-kagum. Film-film
expresionisme lainnya segera menyusul, hingga awal tahun 1927.
Beberapa
pendapat menyatakan bahwa hanya beberapa film saja yang dapat dianggap sebagai
film-film expresionist yang sebenarnya, yaitu film-film yang menyerupai The
Cabinet of Dr. Caligari dalam menggunakan distorsi, dan mise-en-scene yang
diciptakan dari expresionisme teaterikal.
Ada
dua faktor penting yang menyebabkan berakhirnya era expresionisme. Yang pertama
adalah para sineas Jerman banyak yang merasa tertarik untuk berkarya di
Hollywood. Dan yang kedua, para sineas Jerman yang tetap memilih tinggal di
Negara asalnya tidak lagi memproduksi film-film jenis expresionisme. Mereka
lebih memilih untuk berkarya di fil-film jenis New Objectivity.
FILM
KAMMERSPIEL
Kammerspiel
atau Chamber-Drama (Drama di dalam kamar). Namanya diambildari Teater
Kammerspiele, dibuka tahun 1906 oleh sutradara panggung Max Reinhardt yang
ingin mengemas drama untuk konsumsi penonton yang tidak ramai. Film-filmnya
seperti : Shatered (1921), dan Sylvester (New Year’s Eve atau St. Sylvester’s
Eve, 1923),
Backstairs
(Leopold Jassner,1921), The Last Laugh (Murnau,1924), dan Michael (Carl
Dreyer,1924). Semua film tersebut, kecuali Michael ditulis skenarionya oleh
Carl Mayer yang ikut menulis The Cabinet of Dr. Caligari dan film-film lainnya.
Carl Mayer bisa disebut sebagai kekuatan utama dari genre Kammerspiel.
Film
Kammerspiel berfokus pada karakter yang sedikit dan mengeksplorasi masalah
mereka secara mendetil. Lebih menekankan pada acting dan detil daripada ekspresi
emosi. Gaya expressionist terkadang muncul di settingnya, tetapi lebih pada
lingkungan yang suram daripada fantasi dan pokok utama dari expressionist.
Setting film-film Kammerspiel lebih ke sehari-hari dengan jangka waktu yang
pendek.
The
Last Laugh menjadi film Kammerspiel yang paling terkenal dan paling sukses.
Pada akhir 1924, Genre ini menjadi genre paling menonjol di Jerman.
NEW
OBJECTIVITY
Trend
baru itu disebut dengan Neue Sachlichkeit, atau New Objectivity (Obyektivitas
Baru). Contohnya, Karikatur politik George Grosz dan Otto Dix. Lukisan mereka
bergaya seperti expressionist, tetapi perhatian mereka lebih terpaku pada
realita dari Jerman. Fotografi berkembang menjadi penting sebagai media seni di
Jerman pada periode 1927-1933. Gambar-gambar seperti karya Karl Blossfeldt yang
indah, close up tumbuh-tumbuhan abstrak, hingga karya John Heartfield yang
menyerang Nazi dengan photo Montage yang satir. Bertolt Brecht unggul di akhir tahun 1920-1930-an.
Faktor
lain yang menyebabkan kemunduran New Objectivity adalah berubah haluannya
situasi politik Jerman pada awal 1930-an. Partai Sosialis dan Komunis
memproduksi banyak film pada era ini. Genre operetta menjadi salah satu genre
yang sangat menjanjikan karena menggunakan suara.
FILM-FILM
JERMAN DI LUAR NEGERI
Pada
bulan Desember tahun 1920, Madame Dubarry yang di beri judul ulang Passion
memecahkan rekor box office di New York theater, dan kemudian dirilis ke
seluruh kota di Amerika melalui salah satu distributor film terbesar saat itu,
First National. Secara tiba-tiba perusahaan-perusahaan film Amerika begitu
bersemangat untuk membeli film-film Jerman, karena kesuksesan Passion. Yang
lebih mengejutkan lagi, para sineas expresionisme ikut serta dalam mengekspor
film-filmnya ke negara lain. Akhirnya film-film Jerman yang lain menyusul,
genre-genre kammerspiel dan expresionist sukses di Perancis hingga melebihi
lima tahun ke depan. Trend serupa juga merambah Jepang di awal 1920-an, dan
negara-negara lainnya.
PERUBAHAN
BESAR PADA PERTENGAHAN HINGGA AKHIR TAHUN 1920 AN.
Walaupaun
pada awalnya sukses, namun Industri film Jerman tidak dapat terus-menerus
memproduksi film dengan cara lama. Banyak faktor yang kemudian akhirnya merubah
sistem produksi film. Gaya dan teknologi asing merupakan salah satunya.
Kesuksesan juga membuat industri film Jerman mengalami masalah, seperti banyak
sineas-sineas menonjol yang kemudian tertarik untuk berkarya di Hollywood.
Perusahaan film Jerman bahkan mulai meniru film-film Hollywood. Pada tahun
1929, industri film Jerman kemudian berubah dari situasi paska perangnya.
PERKEMBANGAN
TEKNOLOGI PADA PERUSAHAAN-PERUSAHAAN FILM JERMAN
Teknologi
pembuatan film berkembang dengan kencang pada tahun 1920-an. Inflasi mendorong
banyak perusahaan film yang menginvestasikan dananya untuk fasilitas dan lahan,
sehingga banyak studio yang dibangun atau diperbesar. Sperti Ufa yang melebarkan
dua komplek utama studio mereka, di Tempelhof dan Neubabelsberg, dan segera
saja mereka memiliki fasilitas terlengkap dan terbagus di Eropa.
Jerman
juga kemudian menggunakan inovasi pada tekhnik pencahayaan yang dikembangkan
oleh Hollywood pada tahun 1910-an. Karena Perusahaan-perusahaan film Jerman
begitu bernafsu untuk untuk mengekspor film-film mereka ke Hollywood, beredar
kabar bahwa para filmmaker harus mencontoh elemen-elemen baru dari gaya
Amerika, seperti Backlighting dan cahaya tambahan pada shot exterior.
Artikel-artikel pada harian Trade Press menghimbau perusahaan-perusahaan film
untuk membangun fasilitas yang lebih baik, dengan peralatan lighting terbaik.
Salah
satu inovasi Jerman dalm teknologi film pada tahun 1920-an yang menjadi sangat
berpengaruh secara internasional adalah entfesselte camera (unfastened camera,
atau kamera dapat bergerak secara bebas).
Film Entwicklungen in Deutschland
Obwohl im Krieg besiegt und erlebt eine Vielzahl von Problemen in Wirtschaft und Politik, die deutsche gelungen, eine starke Filmindustrie aufzubauen. Von 1918 bis zu der wachsenden Macht der Nationalsozialisten im Jahre 1933, der Film Deutschland nur hinter Hollywood in Größe, technischen Leistungsfähigkeit und anderen äußeren Einflüssen. Deutsch Filmen spielte in der ganzen Welt mit der Entwicklung der Stilbewegung, expresionisme, und fährt fort, aus dem Jahr 1920 wachsen, bis 1926.
Im Jahr 1916 hat die Bundesregierung verbot die Vorführung ausländischer Filme, so dass sie ihre eigenen Filme zu produzieren. Film Unternehmen weiterhin von 25 Stück (1914) zu multiplizieren, bis er 130 Stück (1918) erreicht. Bis zum Ende des Krieges, Universum Film Aktiengesellschaft (Ufa) erstellen Trends Fusion der beiden Unternehmen, um ein größeres Unternehmen zu schaffen.
Obwohl es ist schnell gewachsen, wenn die deutsche Regierung, die Regeln verboten zurückzutreten ausländischen Film gewählt, als der Krieg zu Ende war, ausländische Filme werden wahrscheinlich wieder (vor allem aus den USA) zu gehen. Jjerman Regierung unterstützt nachdrücklich die Filmindustrie des Landes in dieser Zeit, das Verbot von ausländischen Filmen wählte weiterhin bis zum 31. Dezember 1920. Im Jahr 1922, in anderen Ländern, die zuvor gehasst hat Deutschland aufgeweicht, und deutsche Filme sind international bekannt. Am 9. November 1918 erklärte sich die Bundesrepublik. Während mehreren Monaten der radikalen Parteien und der liberalen Kampf um die Macht, und es scheint, dass hat es eine Revolution in Russland wird in Deutschland stattfinden. Der Höhepunkt des deutschen Politdrama aufgetreten im Jahr 1920, und die Herrschaft der Nationalsozialisten im Jahre 1933.
War endete offiziell mit der Unterzeichnung des Versailler Vertrages am 28. Juni 1919 statt Verbesserung der Beziehungen zu Deutschland, Großbritannien und Frankreich ziehen es weiterhin drücken ihr Feind ist. Sie beschuldigen Deutschland als Ursache des Konflikts. Verschiedene Hoheitsgebiet oder an der Polnisch und Französisch einzureichen (Deutsch verloren 13% des Territoriums). Deutschland verboten, hunderttausend Soldaten in den Streitkräften haben, und alle verbotenen Waffe. Und vor allem, die Verbündeten fragen Deutschland nach für alle Schäden des Krieges zu zahlen (nur Amerikaner, die sich weigerten, ihre Friedensvertrages mit Deutschland im Jahr 1921 unterzeichneten sie).
Diese Dinge nach und unterdrücken das deutsche Finanzsystem bis zum Abschwung. Bis zum Ende der deutschen Inflation, sogar Hyperinflation im Jahr 1923. Der Wert der Währung Deutsche Mark, die ursprünglich war im Wert von 4 Marken, wenn in kurskan an den Dollar, nach dem Krieg wurde zu 50.000 Mark. Am Ende des Jahres 1923 wird der Wert der Währung Marke erreicht 6 Milliarden Mark, wenn bei kurskan.
Die wirtschaftlichen Probleme machen nicht alle Menschen leiden. Mehrere große Branchen profitieren von Inflation. Da das Geld wertlos wird, die Angestellten am liebsten ihr Geld ausgeben, während das Geld immer noch für etwas verwendet werden, und der Film ist einer der erhältlichen Produkte. Pasa Kinobesucher sehr hohe Inflation Zeiten, und viele neue Kinos gebaut.
Genre und STYLE deutsche Nachkriegskino
Genre-Filme, um die aufregendste Phantasie sein, wie beispielsweise Filme mit Paul Wegener, unter anderem, Der Golem (1920) und Der Verlorene Schatten (Der verlorene Schatten, 1921). Einige andere Genres, die in der Nachkriegszeit übertrifft war eine tolle Show Genre, Bewegung expresionist Deutschland, und die Filmkammerspiel.
SHOW-Grosse
Nach dem Krieg versuchte die deutsche ähnliche Taktiken, die Betonung der großen Leistungen. Einige der Filme produziert ähnlichen Erfolg mit der italienischen und zufällig entdeckt, eine wichtige Figur der deutschen Nachkriegs Regisseur Ernst Lubitsch.
Während die Inflation, eine große deutsche Unternehmen finden es einfach, auf der epischen Geschichte zu arbeiten. Einige Firmen bieten Studioeinrichtungen, die Arbeiter, die die Bühnenbilder und Kostüme konnten finanziert werden gebaut, und die Extras können auf die billige Tour zu bezahlen. Das Ergebnis kann im internationalen Wettbewerb und wie Lubitsch-Film mit dem Titel Madame Dubarry (1919), nur die Kosten von 40.000 Dollar. Experten sagen, wenn der Film in der Produktion in Hollywood, könnten die Kosten von 500.000 Dollar. Lubitsch, die prominenten Direktor im Genre der epischen Geschichte wurde, hat seine Karriere aus den frühen 1910er Jahren als Komiker und Regisseur gebaut.
Negri und Lubitsch ersten arbeitete im Jahr 1918 in dem Film Die Augen der Mumie Ma (Die Augen der Mumie Ma). Lubitsch gerichtet Madame Dubary 1919 basierend auf der Lebensgeschichte des Königs von Frankreich Konkubine namens König Ludwig XV. Lubitsch dann versucht, den Erfolg mit der Herstellung ähnlich themenorientierte Film namens Anna Boleyn (1920) wiederholen. Im Jahr 1923 wurde Lubitsch Direktor des deutschen Ursprungs großen Namen rekrutiert, um in Hollywood zu arbeiten.
BEWEGUNG expresionist DEUTSCHLAND
Im Monat Februar 1920 ein Film spielte in Berlin, und wird als etwas Neues zu betrachten: Das Cabinet des Dr. Caligari. Der Film ist ein Erfolg. Mit Hilfe eines stilvollen Rahmen, mit dem seltsamen Form des Gebäudes und schräg gestellt auf der Leinwand im Hintergrund wie ein Theater gemalt. Schauspieler sind nicht natürlich wirkt, statt sie wie Tanz zu bewegen.
Derzeit Dr. Caligari spielte zum ersten Mal, die Filmkritiker und Publikum begeistert sein. Gefolgt Expresionisme andere Filme schnell, bis Anfang 1927.
Einige der Meinung Ausdruck, dass nur wenige Filme, die als Filme angesehen werden können expresionist real, dh Filme, die das Kabinett von Dr. ähneln Caligari Sie sich mit der Verzerrung und mise-en-scene von expresionisme Theater erstellt.
Es gibt zwei wichtige Faktoren, die zum Ende der Ära expresionisme geführt. Die erste ist, dass viele deutsche Filmemacher fühlen sich gezwungen, in Hollywood zu arbeiten. Und zweitens, der deutsche Filmemacher, der immer noch entscheiden, in ihr Herkunftsland zu leben nicht mehr produzieren Filme expresionisme Typen. Sie bevorzugen es, in fil-Film Art der Neuen Sachlichkeit zu arbeiten.
FILM Kammerspiel
Kammerspiel oder Kammer-Theater (Theater im Zimmer). Sein Name diambildari Kammerspiele, 1906 von Regisseur Max Reinhardt eröffnet, die das Drama für das Publikum Verbrauch verpacken möchten sind nicht überfüllt. Filme wie: Shatered (1921) und Sylvester (Sylvester oder St. Sylvester Silvester, 1923),
Backstairs (Jassner Leopold, 1921), The Last Laugh (Murnau, 1924) und Michael (Carl Dreyer, 1924). All diese Filme, ausgenommen Michael geschrieben Drehbuch von Carl Mayer, der Co-Autor des Cabinet des Dr. Caligari und anderen Filmen. Carl Mayer konnte als die Hauptkraft des Genres Kammerspiel aufgerufen werden.
Kammerspiel Film konzentriert sich auf die Charaktere ein wenig und erforschen ihre Probleme im Detail. Mehr Gewicht auf die Schauspielerei und detaillierter als der Ausdruck von Emotionen. Expressionistischen Stil erscheint manchmal in den Einstellungen, sondern vielmehr auf der düsteren Umgebung, als Hauptnahrungsmittel der Fantasie und Expressionisten. Einstellen Filme Kammerspiel mehr jeden Tag mit einem kurzen Zeitraum.
Der letzte Mann in einen Film Kammerspiel der berühmteste und erfolgreichste. Ende 1924 hat das Genre zu den prominentesten Genres in Deutschland.
Neue Sachlichkeit
Der neue Trend namens Neue Sachlichkeit oder Neue Sachlichkeit (Neue Sachlichkeit). Zum Beispiel politische Karikatur von George Grosz und Otto Dix. Malen sie als expressionistischen Stil, doch ihre Aufmerksamkeit auf die Realität der Deutschland fixiert. Entwickelt sich zu einem wichtigen Fotografie als Kunstmedium in Deutschland im Zeitraum 1927 bis 1933. Bilder als schöne Werke von Karl Blossfeldt, close up Kräuter abstrakt, bis die Arbeit von John Heartfield, der die Nazis mit der satirische Fotomontage angegriffen. Bertolt Brecht übertreffen in den späten 1920-1930.
Andere Faktoren, die zu einer Verschlechterung der Neuen Sachlichkeit führen ändert seinen Bogen deutsche politische Situation in den frühen 1930er Jahren. Die Sozialistische Partei und die Kommunistische Ära produziert viele Filme zu diesem Thema. Operettengenre wurde zu einem der Gattung ist sehr vielversprechend, da sie Ton verwendet.
FILM-FILM DEUTSCHLAND AUSLAND
Im Dezember 1920 Madame Dubarry, die den Titel auf Leidenschaft gegeben wurde brach Kassenrekorde in New York Theater, und dann auf die gesamte Stadt in Amerika durch eine der größten Filmverleiher, dass die Zeit, First National freigegeben. Plötzlich strafft amerikanische Film ist so gespannt, deutsche Filme, weil der Erfolg der Leidenschaft zu kaufen,. Noch überraschender, expresionisme die Filmemacher in den Export seiner Filme in andere Länder zu beteiligen. Schließlich andere deutsche Filme folgten, Genres Kammerspiel und expresionist Erfolg in Frankreich, in den nächsten fünf Jahren. Ein ähnlicher Trend erreichte Japan in den frühen 1920er Jahren, und in anderen Ländern.
Große Veränderungen MITTEN IN 1920 bis Ende einer.
Walaupaun war zunächst erfolgreich, aber die deutsche Filmindustrie nicht in der Lage, den Film zu produzieren ständig von einem langen Weg. Viele Faktoren dann schließlich das System der Filmproduktion zu ändern. Stil und ausländischer Technologie ist einer von ihnen. Der Erfolg macht auch die deutsche Filmindustrie haben Probleme, wie viele prominente Kameramann-Filmemacher, der daran interessiert, in Hollywood zu arbeiten wurde. Deutsch Filmgesellschaft fing sogar an Hollywood-Filme zu imitieren. Im Jahr 1929, die deutsche Filmindustrie und dann von der Nachkriegssituation verändert.
Technologische Entwicklungen im deutschen Film COMPANIES
Filmmaking-Technologie entwickelt sich sicher in den 1920er Jahren. Inflation fördert viele Filmgesellschaften investieren Mittel für Anlagen und Grundstücke, so viele Studios sind gebaut oder erweitert. Sperti Ufa, die ihr Studio zwei Hauptkomplex erweitert, in Tempelhof und Neubabelsberg, und bald haben die umfassendsten und hervorragende Einrichtungen in Europa.
Deutschland auch dann mit der Innovation in Lichttechnik von Hollywood in den 1910er Jahren entwickelt. Denn Unternehmen sind so eifrig, um deutsche Filme, um ihre Filme zu Hollywood zu exportieren, wurde es das Gerücht, dass die Filmemacher sollten dem Beispiel der neuen Elemente im amerikanischen Stil, wie die Hintergrundbeleuchtung und zusätzliches Licht auf Außenaufnahme folgen. Die Artikel in der Tageszeitung Fachpresse appellierte Filmgesellschaften besser zu Einrichtungen zu bauen, mit der besten Lichttechnik.
Einer der deutschen Innovations preformance Film-Technologie in den 1920er Jahren, die sehr einflussreich wurde international ist entfesselte Kamera (Kamera gelöst, oder die Kamera frei bewegen kann).
Jumat, 17 April 2015
Perkembangan Film di Italia
Reviewed by Esemka
Date 4/17/2015 12:00:00 PM
Label:
film
,
sejarah
Perkembangan Film di Italia
Perkembangan Film di Italia
Sejarah film Italia dimulai beberapa bulan setelah Lumière bersaudara memulai pameran gambar bergerak. Film pertama Italia adalah tayangan beberapa detik yang menunjukkan Paus Leo XIII memberikan pemberkatan kepada kamera. Industri film Italia lahir pada antara tahun 1903, dan 1908 dengan tiga perusahaan: Società Italiana Cines, Ambrosio Film, dan Itala Film. Perusahaan film lainnya muncul di Milano, dan Napoli. Dalam periode yang singkat perusahaan-perusahaan ini mencapai kualitas produksi yang wajar, dan film dijual ke luar Italia. Film kemudian digunakan oleh Benito Mussolini, yang mendirikan studio Cinecittà, yang mengingatkan kembali pada kejayaan Roma, studio yang digunakan untuk membuat film-film propaganda Fasis hingga Perang Dunia II.[186]
Setelah Perang Dunia II, film Italia diakui luas, dan diekspor hingga masa surut kesenian pada dasawarsa 1980-an. Para sutradara film Italia yang terkenal dari periode ini adalah Vittorio De Sica, Federico Fellini, Sergio Leone, Pier Paolo Pasolini, Luchino Visconti, Michelangelo Antonioni, dan Dario Argento. Film-film yang termasuk pada warisan film dunia adalah La dolce vita (Hidup yang Manis), The Good, the Bad and the Ugly (Yang Baik, Yang Buruk, dan Yang Jelek), dan Bicycle Thieves (Para Pencuri Sepeda). Pertengahan dasawarsa 1940-an sampai akhir dasawarsa 1950-an merupakan zaman kegemilangan film-film neorealis, mencerminkan keadaan Italia pascaperang yang memilukan.[187][188]
Ketika negara ini mulai tumbuh sejahtera pada dasawarsa 1950-an, sebentuk neorealisme yang dikenal sebagai neorealisme merah jambu mencapai kejayaan, dan genre film, seperti sword-and-sandal, dan spaghetti western, merakyat pada dasawarsa 1960-an, dan 1970-an. Baru-baru ini, layar perak Italia sesekali menerima perhatian internasional, dengan film seperti La vita è bella (Hidup itu Indah) yang disutradarai oleh Roberto Benigni, dan Il postino (Tukang Pos) oleh Massimo Troisi.
Produksi Film
Italia
- Industri film
di Italia perkebangannya dimulai pada tahun 1905.
- Produksi
berpusat pada firma di Cines Film milik Turin Ambrosio (1905), Itala
(1906).
- Film Italia
banyak mengadopsi dan meniru penggayaan film Perancis, dan
dipertontonkan
di pameran-pameran atau pusat keramaian lainnya.
- 1910, Giovanni
Pastrone membuat film Il Cadata de Troia (The Fall of Troy) yang
sangat sukses di
pasaran. Film inilah yang memicu kemunculan trend baru di negara
Italia yang
lebih mengkhususkan diri dalam produksi film epik yang bermodal mahal.
- 1909 Salah
seorang sutradara yang sangat terkenal adalah André Deed.
Perkembangan Film di Rusia
Reviewed by Esemka
Date 4/17/2015 11:48:00 AM
Label:
artikel
,
film
,
sejarah
,
tugas
Perkembangan Film di Rusia
Perkembangan Film di Rusia
Film pertama di
ke Kekaisaran Rusia adalah film yang dibawa oleh Lumière bersaudara. Mereka
mempertontonkan film mereka di Moskwa dan St. Peterburg pada Mei 1896. Pada
bulan yang sama, mereka melakukan pembuatan film pertama di Rusia, yakni dengan
merekam penobatan Tsar Nikolai II.
Industri film
Rusia baru muncul pada tahun 1908, dengan dibuatnya film narasi berjudul Stenka
Razin, yang disutradarai oleh Vladimir Romashkov dan diproduksi oleh Aleksandr
Drankov. Film animasi Rusia pertama dibuat oleh Ladislas Starevich, berupa film
boneka dengan metode gerak henti (stop motion) pada tahun 1910 tentang Lucanus
Cervus (sejenis kumbang tanduk). Film kartun lainnya mulai bermunculan antara
tahun 1911 hingga 1913, biasanya mengangkat kisah dari sastra klasik. Pembuat
film Rusia yang terkenal lainnya adalah Aleksandr Khanzhonkov dan Ivan
Mozzhukhin.
Ketika masa
Perang Dunia I, para pembuat film Rusia banyak memproduksi film-film bertemakan
tentang nasionalisme dan patriotisme, terutama film tentang anti-Jerman. Pada
1916, sebanyak 499 telah dibuat di Rusia--tiga kali lebih banyak dari pada
tahun sebelumnya. Memasuki masa Revolusi Rusia, film-film dibuat tak hanya
sebagai karya seni, namun juga media propaganda, khususnya propaganda bertemakan
anti-Tsar.
Tanggal 27
Agustus 1919 dianggap sebagai hari kelahiran sinema Soviet. Sebagai sutradara
Soviet terkenal, Sergey Eisenstein menghasilkan adikaryanya berupa film-film
terkenal seperti Bronenosets Potyemkin (1925), Stachka (1925) dan Oktyabr (1927).
Film-film karyanya tersebut hingga kini dianggap sebagai yang terbaik di antara
film bisu lainnya di dunia. Sutradara Soviet terkenal lainnya adalah Vsevolod
Pudovkin, menyutradarai beberapa film luar biasa lainnya, seperti Mat’ (1926)
yang diangkat dari novel Maksim Gorky, Konets Sankt-Peterburga (1927) dan
Potomok Chingiz-khana (1929).
Memasuki era
Stalin, terjadi kemerosotan dalam jumlah produksi film. Kontrol yang dilakukan
Pemerintah dilakukan dengan sangat ketat, film-film yang lulus sensor biasanya
berkaitan dengan propaganda ideologi, seperti Chapayev (1934) oleh Vasil'ev
bersaudara, My Iz Krondshtata (1936) oleh Efim Dzigan, dan Deputat Baltiki
(1937) oleh Aleksandr Zarkih dan Josef Heifitz. Film pertama tentang Lenin
sendiri baru muncul pada tahun 1937 dan 1939.
Memasuki era
1960-an, film juga dijadikan sebagai media untuk mengangkat
permasalahan-permasalahan sosial. Misalnya pada fim-drama Chuzhaya Rodnya
(1955) oleh Mikhail Shvejtser, Devyat Dney Odnogo Goda (1962) oleh Romm dan
Zhivyet Takoy Paren' (1964) oleh Vasilii Shukshin. Film komedi juga mulai
populer, tampak dengan munculnya film Ya Shagayu Po Moskve (1964) oleh Georgii
Daneliya, Beregis' Avtomobilya (1966) oleh Eldar Ryazanov yang tak melupakan
kritik sosial terhadap permasalahan dalam kehidupan masyarakat Soviet. Beberapa
adikarya film Soviet juga muncul di era ini, seperti film Hamlet (1964) oleh
Kozintsev dan Voina i Mir (1966-1967) oleh Sergey Bondarchuk.
Pada era
1970-an, film-film yang dibuat, menggunakan beberapa gaya lain lagi dengan
banyaknya unsur filosofis, seperti Andrey Rublyev, Zerkalo dan Nostalgia karya
Andrey Tarkovsky serta Pokayanie karya Georgii Daneliya. Memasuki tahun 1980-an
hingga 1990-an, perekonomian Soviet mengalami kemunduran serta stagnasi ekonomi
yang terus-menerus terjadi, menyebabkan produksi film juga terganggu.
Setelah rezim
Soviet berakhir, perfilman Rusia perlahan-lahan mulai bangkit kembali. Pada
pertengahan tahun 1990-an, bioskop-bioskop pun mulai pulih dengan adanya
sutradara-sutradara berbakat Rusia. Salah satu film terbaik di era 1990-an
misalnya Brat (1997) oleh Aleksei Balabanov.
Pada tahun
2000-an, sejumlah adikarya film Rusia yang muncul di antaranya adalah Progulka
(2003) oleh Aleksey Uchitel’, Vozvrshchenie (2003) oleh Andrei Zvyagintsev dan
yang paling terkenal Nochnoi Dozor (2004) oleh Timur Bekmambetov.
Film-film era
Soviet hingga era Federasi Rusia beberapa kali telah memenangkan Piala Oscars,
di antaranya adalah pada 1968 - Voina i Mir (1967) oleh Sergey Bondarchuk, Pada
1975 - Dersu Uzala (1974) oleh Akira Kurosava, pada 1980 - Moskva Slezam Ne
Verit (1979) oleh Vladimir Men'shov, dan pada 1994 - Utomlyonnie Solntsem
(1994) oleh Nikita Mikhalkov.
Kamis, 16 April 2015
Perkembangan Film di Spanyol
Reviewed by Esemka
Date 4/16/2015 11:52:00 AM
Label:
film
,
sejarah
,
tugas
Perkembangan Film di Spanyol
Perkembangan Film di Spanyol
Seni
membuat gerak-gambar di dalam Kerajaan Spanyol atau pembuat film Spanyol di
luar negeri secara kolektif dikenal sebagai Cinema Spanyol.
Dalam
beberapa tahun terakhir, bioskop Spanyol telah mencapai nilai tinggi pengakuan.
Dalam sejarah panjang bioskop Spanyol, pembuat film besar Luis Buñuel adalah
yang pertama untuk mencapai pengakuan universal, diikuti oleh Pedro Almodóvar
pada 1980-an. Bioskop Spanyol juga telah melihat sukses internasional selama
bertahun-tahun dengan film oleh direksi seperti Segundo de Chomón, Florian Rey,
Luis García Berlanga, Juan Antonio Bardem, Carlos Saura, Julio Medem dan
Alejandro Amenábar. Woody Allen, setelah menerima Pangeran bergengsi Asturias
Award pada tahun 2002 di Oviedo mengatakan: "ketika aku meninggalkan New
York, film yang paling menarik di kota pada saat itu Spanyol, satu Pedro
Almodóvar itu saya berharap bahwa Eropa akan terus memimpin. cara pembuatan
film karena saat ini tidak banyak yang berasal dari Amerika Serikat. "
Non-direksi
telah memperoleh keterkenalannya kurang internasional seperti sinematografer
Néstor Almendros, direktur Art Gil Parrondo, penulis skenario Rafael Azcona,
aktris Maribel Verdú dan, terutama, Penélope Cruz dan aktor Fernando Rey,
Francisco Rabal, Antonio Banderas, Javier Bardem dan Fernando Fernan Gómez
telah memperoleh pengakuan yang signifikan di luar Spanyol.
Hari
ini, 10 sampai 20% dari penerimaan box office di Spanyol dihasilkan oleh
film-film dalam negeri, situasi yang berulang di banyak negara Eropa dan Amerika.
Oleh karena itu, pemerintah Spanyol telah menerapkan berbagai langkah yang
bertujuan mendukung produksi film dan film bioskop lokal, yang meliputi jaminan
pendanaan dari stasiun televisi nasional utama. Tren ini sedang terbalik dengan
skrining baru-baru ini produksi seperti € 30.000.000 Film Alatriste (dibintangi
Viggo Mortensen), pemenang Academy Award Spanyol Film Pan Labyrinth (dibintangi
Maribel Verdú), Volver (dibintangi Penélope Cruz dan Carmen Maura), dan Los
Borgia (dibintangi Paz Vega), semuanya blockbuster terjual habis di Spanyol.
Aspek
lain dari bioskop Spanyol sebagian besar tidak diketahui oleh masyarakat umum
adalah munculnya bahasa Inggris film Spanyol seperti Agora (disutradarai oleh
Alejandro Amenábar dan dibintangi Rachel Weisz), Che (disutradarai oleh Steven
Soderbergh dan dibintangi Benicio del Toro), The Machinist ( dibintangi
Christian Bale), The Others (dibintangi Nicole Kidman), dan Hantu Miloš Forman
Goya (dibintangi Javier Bardem dan Natalie Portman), The Impossible (dibintangi
Ewan McGregor dan Naomi Watts). Semua film tersebut diproduksi oleh perusahaan
Spanyol.
Origins
Film
pertama pameran Spanyol berlangsung pada tanggal 5 Mei 1895 di Barcelona.
Pameran film Lumière disaring di Madrid dan Barcelona pada bulan Mei dan Desember
1896, masing-masing.
Segundo
de Chomón
Masalah
mana film Spanyol datang pertama adalah diragukan. [6] Yang pertama adalah baik
Salida de la misa de doce de la Iglesia del Pilar de Zaragoza (Keluar dari Dua
Belas O'Clock Misa dari Gereja El Pilar Zaragoza) oleh Eduardo Jimeno
Peromarta, Plaza del puerto en Barcelona (Plaza Pelabuhan Barcelona) oleh
Alexandre Promio atau film anonim Llegada de un tren de Teruel a Segorbe
(Kedatangan Kereta dari Teruel di Segorbe). Hal ini juga mungkin bahwa film
pertama adalah RINA en un café (Brawl di Café) oleh pembuat film produktif
Fructuós Gelabert. Film-film ini semua dirilis pada tahun 1897.
Pertama
sutradara Spanyol untuk mencapai sukses besar secara internasional adalah
Segundo de Chomón, yang bekerja di Perancis dan Italia, tetapi membuat beberapa
film fantasi terkenal di Spanyol seperti El Hotel Electrico.
Ketinggian diam bioskop
Pada
tahun 1914, Barcelona adalah pusat industri film nasional. Para españoladas
(epos sejarah Spanyol) didominasi sampai tahun 1960-an. Menonjol di antara ini
adalah film Florian Rey, dibintangi Imperio Argentina, dan versi pertama
Nobleza Baturra (1925). Drama sejarah seperti Vida de Cristóbal Colón y su
Descubrimiento de América (The Life of Christopher Columbus dan Discovery Nya Amerika)
(1917), oleh sutradara Perancis Gerald Bourgeois, adaptasi dari serial koran
seperti Los Misterios de Barcelona (The Misteri Barcelona) yang dibintangi Joan
Maria Codina (1916), dan drama panggung seperti Don Juan Tenorio (1922), oleh
Ricardo de Baños, dan zarzuelas (operet komedi), juga diproduksi. Bahkan
penulis drama pemenang Hadiah Nobel Jacinto Benavente, yang mengatakan bahwa
"dalam film mereka membayar saya sisa," akan menembak versi film
karya teater nya.
Pada
tahun 1928, Ernesto Gimenez Caballero dan Luis Buñuel mendirikan pertama
cine-klub (masyarakat film), di Madrid. Pada saat itu, Madrid sudah pusat utama
industri; 44 dari 58 film yang dirilis sampai saat itu telah diproduksi di
sana.
Drama
pedesaan La aldea Maldita (The Cursed Desa) (Florian Rey, 1929) adalah hit di
Paris, di mana, pada saat yang sama, Buñuel dan Dalí perdana Un chien andalou
(An Anjing Andalusia). Un chien andalou telah menjadi salah satu film
avant-garde yang paling terkenal pada zaman itu.
Krisis suara
Pada
tahun 1931, pengenalan produksi asing audiophonic telah menyakiti industri film
Spanyol ke titik di mana hanya satu judul dirilis tahun itu.
Pada
tahun 1935, Manuel Casanova mendirikan Compañía Industrial Film Española SA
(Spanyol Industri Film Company Inc, Cifesa) dan memperkenalkan suara ke Spanyol
pembuatan film. CIFESA akan tumbuh menjadi perusahaan produksi terbesar yang
pernah ada di Spanyol. Kadang-kadang dikritik sebagai alat sayap kanan, ia
tetap mendukung pembuat film muda seperti Luis Buñuel dan nya pseudo-dokumenter
Las Hurdes: Tierra Sin Pan (Breadless Land). Pada tahun 1933 itu bertanggung
jawab untuk syuting 17 gambar gerak dan pada tahun 1934, 21. Keberhasilan yang
paling menonjol adalah Benito Perojo's La verbena de la paloma (The Dove Verbena)
.Mereka juga bertanggung jawab atas 1.947 Don Quijote de la Mancha, yang versi
paling rumit dari klasik Cervantes sampai saat itu. Pada tahun 1935 produksi
meningkat menjadi 37 film.
Perang Sipil dan sesudahnya
Perang
Sipil menghancurkan era film bisu: hanya 10% dari semua film bisu yang dibuat
sebelum 1936 selamat dari perang. Film juga hancur untuk konten seluloid dan
dibuat menjadi barang.
Sekitar
tahun 1936, kedua sisi Perang Saudara mulai menggunakan film sebagai alat
propaganda dan sensor. Sebuah contoh khas dari ini adalah Luis Buñuel yang
España 1936, yang juga mengandung banyak langka rekaman newsreel. Pihak
pro-Franco mendirikan Departemen Nasional Sinematografi, menyebabkan banyak
pelaku untuk pergi ke pengasingan.
Rezim
baru kemudian mulai memberlakukan dubbing wajib untuk menyoroti direksi seperti
Ignacio F. Iquino, Rafael Gil (Huella de luz (1941)), Juan de Orduña (Locura de
amor (1948)), Antonio Román (Los Ultimos de Filipinas) , José Luis Sáenz de
Heredia (Raza) (1942)), dan Edgar Neville. Cifesa diproduksi Ella, El millones
sus y serta Fedra (1956), oleh Manuel Mur Oti.
Untuk
bagiannya, Marcelino pan y vino (1955) dari Ladislao Vajda akan memicu tren
aktor anak, seperti orang-orang yang akan menjadi protagonis
"Joselito," "Marisol," "Rocío Durcal" atau
"Pili y Mili."
Juan
de Orduña nanti akan memiliki hit komersial besar dengan El Ultimo cuple
(1957), dengan aktris terkemuka Sara Montiel.
Kritik sosial
Pada
tahun 1950, pengaruh neorealisme menjadi jelas dalam karya-karya sejumlah
sutradara film agak muda (yaitu, Manuel Mur Oti, José Antonio Nieves Conde,
Juan Antonio Bardem, Marco Ferreri, dan Luis García Berlanga). Karya utama
mereka (Surcos, Balarrasa, necesarios Todos somos, Orgullo, Muerte de un
Ciclista, Calle walikota, El pisito, El cochecito, Bienvenido Pak Marshall,
atau Placido) berkisar dari melodrama untuk esperpento atau komedi hitam, tapi
semua dari mereka menunjukkan kritik yang kuat sosial, tak terduga di bawah
sensor politik, seperti yang ditampilkan oleh rezim Franco`s. Dari amoralitas
dan keegoisan dari kalangan menengah ke atas atau kekonyolan dan biasa-biasa
saja dari orang-orang kota kecil dengan keputusasaan dari kelas pekerja miskin,
setiap strata sosial Spanyol kontemporer muncul.
Luis
Buñuel pada gilirannya kembali ke Spanyol untuk film mengejutkan Viridiana
(1961) dan Tristana (1970).
Co-produksi dan produksi luar negeri
Banyak
co-produksi dengan Perancis dan, yang paling penting, Italia sepanjang 1950,
1960 dan 1970-an menyegarkan bioskop Spanyol baik industri dan artistik.
Sebenarnya film Buñuel hanya disebutkan itu adalah co-produksi: Viridiana
adalah Spanyol-Meksiko, dan Tristana Spanyol-Prancis-Italia. Juga, ratusan
Spaghetti-western dan pedang dan sandal film ditembak di selatan Spanyol dengan
campuran Spanyol-Italia tim yang co-produksi.
Di
sisi lain, beberapa superproductions epik skala Amerika atau blockbuster
ditembak juga di Spanyol, yang diproduksi baik oleh Samuel Bronston, King of
Kings (1961), El Cid (1961), 55 Hari di Peking (1963), The Fall of the Kekaisaran
Romawi (1964), Circus World (1964)), atau oleh orang lain (Alexander Agung
(1956), The Pride dan Sengsara (1957), Salomo dan Sheba (1959), Lawrence of
Arabia (1962), Doctor Zhivago ( 1965), The Trojan Perempuan (1971)). Film ini
mempekerjakan banyak profesional teknis Spanyol, dan sebagai produk sampingan
disebabkan beberapa filmstars, seperti Ava Gardner dan Orson Welles tinggal di
Spanyol selama bertahun-tahun. Sebenarnya Welles, dengan Mr Arkadin (1955),
pada kenyataannya co-produksi Perancis-Spanyol-Swiss, adalah salah satu pembuat
film Amerika pertama yang merancang Spanyol sebagai lokasi untuk penembakan
itu, dan dia melakukannya lagi untuk Chimes di Midnight (1966 ), kali ini
Spanyol-Swiss co-produksi.
Banyak
aktor internasional bermain di film Spanyol: Italia Vittorio Gassman dan
Rossano Brazzi dengan Meksiko María Félix di La corona negra; Pasangan Italia
Raf Vallone dan Elena Varzi di Los ojos Dejan huella, Meksiko Arturo de Córdova
di Los peces rojos, Amerika Betsy Blair di Calle Walikota; Edmund Gwenn di
Calabuch atau Richard Basehart di Los jueves, milagro di antara banyak lainnya.
Semua aktor asing dijuluki ke dalam bahasa Spanyol. Aktor Meksiko Gael García
Bernal juga baru-baru menerima ketenaran internasional dalam film oleh sutradara
Spanyol.
Orang Spanyol bioskop baru
Pada
tahun 1962, José María García Escudero menjadi Direktur Jenderal Cinema,
mendorong maju usaha negara dan Escuela Oficial de Cine (Official Cinema
Sekolah), dari mana muncul mayoritas direksi baru, umumnya dari kiri politik
dan mereka yang menentang Franco kediktatoran. Diantaranya adalah Mario Camus,
Miguel Picazo, Francisco Regueiro, Manuel Summers, dan, di atas semua, Carlos
Saura. Terlepas dari baris ini direksi, Fernando Fernan Gómez membuat klasik El
extraño viaje (The Strange Trip) (1964) dan Víctor Erice
menciptakan diakui dunia internasional El espíritu de la Colmena (Roh Beehive)
(1973). Dari televisi datang Jaime de Arminan, penulis Mi querida Senorita (My
Dear Lady) (1971).
Dari
apa yang disebut Escuela de Barcelona, awalnya
lebih pencoba dan kosmopolitan, datang Vicente Aranda, Jaime Camino, dan
Gonzalo Suárez, yang membuat karya-karya guru
mereka pada 1980-an.
San
Sebastian International Film Festival merupakan festival film besar diawasi
oleh FIAPF. Itu dimulai pada tahun 1953, dan itu terjadi di San Sebastián
setiap tahun. Alfred Hitchcock, Audrey Hepburn, Steven Spielberg, Gregory Peck,
Elizabeth Taylor adalah beberapa bintang yang telah berpartisipasi dalam
festival ini, yang paling penting di Spanyol dan salah satu festival film
terbaik di dunia.
Festival
de Cine de Sitges, sekarang dikenal sebagai Festival Internacional de Cinema de
Catalunya (International Film Festival of Catalonia), dimulai pada tahun 1967.
Hal ini dianggap salah satu yang terbaik kontes sinematografi di Eropa, dan
adalah yang terbaik di spesialisasi Film fiksi ilmiah.
Bioskop era demokrasi
Dengan
berakhirnya kediktatoran, sensor yang sangat longgar dan karya-karya budaya
yang diizinkan dalam bahasa lain dituturkan di Spanyol selain Spanyol,
mengakibatkan berdirinya Catalan Institute of Cinema, antara lain.
Pada
awalnya, fenomena populer striptis dan landismo (dari Alfredo Landa)
kemenangan. Selama demokrasi, seri baru dari direksi mendasarkan film mereka
baik pada topik kontroversial atau merevisi sejarah negara itu. Jaime Chavarri,
Víctor Erice, José Luis Garci, Manuel Gutiérrez Aragón, Eloy de la Iglesia,
Pilar Miró dan Pedro Olea adalah beberapa di antaranya yang diarahkan film
besar. Montxo Armendariz atau Juanma Bajo Ulloa itu "bioskop Basque
baru" juga telah beredar; Direktur Basque menonjol lainnya adalah Julio
Medem.
Bioskop
Spanyol, bagaimanapun, tergantung pada hits besar yang disebut Madrileño komedi
oleh Fernando Colomo atau Fernando Trueba, melodrama canggih oleh Pedro
Almodóvar, Alex de la Iglesia dan humor hitam Santiago Segura atau karya
Alejandro Amenábar itu, sedemikian rupa itu, menurut produser José Antonio
Félez, "50% dari total pendapatan box office berasal dari lima gelar, dan
antara 8 dan 10 film memberikan 80% dari total" selama tahun 2004.
Rabu, 08 April 2015
Fungsi Ritual Adat Para Zedhe
Reviewed by Esemka
Date 4/08/2015 08:44:00 PM
Label:
artikel
,
kebudayaan
Fungsi Ritual Adat Para Zedhe
Para Zedhe
Fungsi Ritual Adat “Para Zedhe”
1. Fungsi agama
Masyarakat So’a pada umumnya dan desa Lo’a khususnya sangat menyadari
pentingnya dimensi religius dalam setiap perjamuan. Karena itu pada awal setiap
perjamuan mereka selalu mengunfdang kehadiran wujud tertinggi dan leluhur serta
memohon restu dari pada-Nya, dengan mebawa persembahan, mebuka perjamuan dengan
do’a atau meletakan sesajian di tempat-tempat khusus. Karena hanya pada Yang
Maha Tinggi serta arwah leluhur, mereka dapat menemukan nilai tertinggi dari
kehidupan dan dasar terdalam dari ekistesnsiatau keberadaannya.
Tidak dapat dipungkiri bahwa upacara adat Para Zedhe merupakan perayaan
yang tentu saja menegaskan aspek religius dari masyarakat desa Lo’a mereka
menyadari bahwa segala sesuatu yang telah mereka terima adalah anugerah dan
berkat dari wujud tertinggi dan leluhur.beberpa hal yang menjadi landasan dasar
religius dalam kegiatan ini adalah setiap proses upacara Para Zedhe mereka
selalu mengundang para leluhur untuk hadir barsama mereka bahkan mereka
meyakini bahwa setiap proses upacara berlangsung ada arwah para leluhur yang
hadir menemani mereka, memberi mereka kekuatan agar tidak salah dalam melakukan
proses dan lain sebagainya. Hal ini juga dilakukan ketika perjamuan makan
bersama dilakukan mereka selalu memberi sesajian kepada nenek moyang dan
membiarkan nenek moyang terlebih dahulu mencicipi makanan yang dikenal dengan
Fedhi ebu atau t’ii ebu ka. Lebih dari pada itu dengan persembahan tersebut,
diciptakan dan dipulihkan kembali suatu keharmonisan hubungan agar tetap
terjaga dan tetap dekat dengan wujud tertinggi sehingga kehidupan manusia tetap
aman santosa.
2. Proses Ritual Adat Adat
“Para Zedhe” Di Desa Lo’a Kecamatan So’a Kabupaten Ngada.
Proses ritual adat Para Zedhe di desa Lo’a di bagi atas beberapa tahap
yang panjang dan membutuhkan waktu yang lama pula. Setiap tahap mempunyai
upacara masing-masing dan semuanya harus dipatuhi oleh setiap peserta ritual
adat Para Zedhe ini. Tahap-tahap yang
harus dilalui dari ritul adat Para Zedhe adalah sebagai berikut:
Pertama: Utu tiwo (kesepakatan bersama) Pada tahap ini warga suku
berkumpul yang dimediasi para mosalaki pada woe (suku) tersebut. Simbol suku
masyarakat desa Loa adalah Ngadhu. Pada Ngadhu terdapat dua bagian yaitu saka
puu dan saka lobo. Sehubungan dengan yang mengerakan atau memediasi pada
kegiatan awal ini adalah saka puu dan saka lobo untuk bermusyawah dengan warga
suku bertempat di “Loka Tua Mata Api”. Loka tua mata api adalah tempat
orang-orang tua berkumpul sambil minum tuak dari nira sambil membicarakan rencana-rencana besar
yang harus dilaksanakan dalam kampung tersebut. Kegiatan ini
dimusyawarakan sebelum acara Para Zedhe.
Upacara Para Zedhe biasa
dilaksanakan dengan tenggang waktu
antara 5-10 tahun. Loka tua mata api
lokasinya di kebun suku dengan pelatarannya
watu lewa (Tugu batu/menhir) dan pondok yang terbuat dari bambu.
Musyawarah mosalaki dan tua-tua adat hanya dilakukan sesekali saja. Lokasi
Loka tua mata api oleh masyarakat desa Loa menganggap sebagai tempat
sakral sehingga jarang masyarakat desa Loa melewati tempat tersebut apalagi
pada siang hari, sore hari dan malam hari. Menurut penuturan tua-tua
adat bahwa loka tua mata api adalah kampungnya leluhur diyakini oleh masyarakat
jika melewati lokasi loka tua mata api maka akan megalami gangguan. Hal ini
juga akan terbawa dalam mimpi seperti dikejar binatang aneh dan melihat para
arwah leluhur yang telah meninggal. Di desa Loa terdapat tiga lokasi
Loka Tua Mata Api pada tempat inilah mosalaki, tua-tua adat dan warga
suku bermusyawarah tentang kegiatan yang akan dilaksanakan oleh warga suku.
Sebelum memulai bermusyawarah mosalaki memotong hewan korban sekcil-kecilnya
ayam atau babi di depan watu lewa. Darah hewan korban direciki pada watu lewa
dan tiang pondok rumah selanjutnya mosalaki mengajak warga suku utuk
bermusawarah, sehubungan dengan kegiatan yang akan dilakukan. Sambil
bermusyawarah ada sekelompok kaum pria memasak nasi bambu dan daging babi.
Suasana musyawarah berlansung dengan penuh kekeluargaan dan keptusannya menjadi
keputusan bersama dilanjutkan dengan makan bersama. Sebelum santap bersama
mosalaki memberikan makan kepada leluhur dalam bahasa setempat dikenal dengan
sebutan tii ebu artinya memberikan makan kepada leluhur bertempat di watu lewa.
Mosalaki mengambil hati babi dan sejumput nasi dan tuak putih, sirih, pinang
dan tembakau diletakan di hadapan watu lewa sambil menuturkan sebagai
berikut:…………………
Pemberian sesjian kepada
nenek moyang yang dilakukan di hadapan watu lewa dengan maksud untuk
menghadirkan arwah nenek moyang dalam setiap pembicaraan dan keputusan yang
diambil serta membiarkan arwah leluhur tersebut mendengarkan pembicaraan
mereka. Kesepakatan bersama mnjadi acuan
dalam melaksanakan ritual Para Zedhe ini.
Kedua: Tata Ngaza atau pendataan nama warga yang akan mengikuti Para
Zedhe. Pendataan nama peserta Para Zedhe bukan hanya kaum lelaki tetapi juga
kaum perempuan juga diikutisertakan. Orang-orang yang terdaftar adalah orang-orang yang merasa dirinya mampu secara ekonomi.
Bagi kaum perempuan harus memenuhi syarat
diantaranya janda yang suaminya minggalkan warisan untuk istri dan anak-anak
juga sudah melewati upacara Dhodho atau Poze Ngi’I dan feka.b Sedangkan bagi
kaum laki-laki ada tiga syarat utama
yaitu jika ia adalah orang asli maka ia harus sudah melakukan upacara Sapu dan
kalau ia berasal dari salah satu suku yang mengharuskan melewati upacara feka
dan jika ia berasal dari luar daerah maka ia akan langsung diterima sebagai
peserta Para. Pada tahap ini juga
dibentuklah panitia panitia para zedhe. Mekanisme pemilihan kepanitiaan
berdasarkan musyawarah mufakat.
Ketiga: Woro Kazu/wela kazu. Pada tahap ini keluarga menyiapkan kayu
bakar yang diambil dari kebun masing-masing selanjutnya di bawah kerumah serta
pelengkapan lain seperti perkakas dapur, bumbu
masak, kopi, gula rokok, tuak putih. Kegiatan ini melibatkan warga suku
dan anggota keluarga.
Keempat: Rego Longa; tahap ini semua padi dan jagung yang sudah dipersiapkan
mulai diambil dari lumbung masing-masing. Rego longa adalah lumbung penyimpanan
padi atau jagung yang terbuat dari bambu dua atau tiga ruas. Semua ana woe mulai megambil padi dan jagung
dari lumbung untuk di tumbuk, dan
dibersihkan oleh keluarga. Suasana gotong royong Nampak kelihatan dalam
partisipasi warga suku untuk menyiapkan perlengkapan pesta para zedhe.
Dituturkan oleh para tua-tua adat bahwa sambil menumbuk padi dan jagung para
warga melantunkan nyanyian dan syair-syair yang memikat kaum ibu sebagai
penghibur dan pelepas lelah. Namun dalam perkembangan dewasa ini dengan
kemajuan imu dan teknologi bukan lagi lesung dan alung yanag dipergunakan untuk
membersihkan padi dan jagung tetapi mesin giling.
Selain padi
dan jagung dipersiapkan oleh keluarga juga hewan korban kerbau. Kerbau sebagai
hewan korban digaja dan dirawat serta diikat di depan atau samping rumah.
Menurut penutura tua – tua adat bahwa kerbau sebagai hewan korban harus sehat
dan tidak cacat. Kerbau yang memenuhi
syarat pada ritual para zedhe adalah kerbau yang tanduknya 50 cm. Penuturan tua-tua adat pada jaman
dahulu peserta para mengorbankan kerbau lebih dari satu ekor, hal ini karena
kerbaua populasiya banyak namun pada zaman sekarang ini karena pertimbangan
ekonomi, maka hanya boleh menyiapkan satu ekor untuk dijadikan kurban dari
setiap peserta Para.
Kelima: Ngango Wae (wela Po’o/
Ope Wae). Ngango wae artinya meninjau lokasi air yang bersih misalnya pada mata
air sedangkan wela po’o/ ope wae artinya memotong bambu yang digunakan untuk
mengisi air. Penuturan tua-tua adat pada zaman dahulu warga suku kususnya kaum
lelaki mempunyai tugas untuk mengambil air pada mata air untuk persiapan pesta.
Namun pada perkembangan dewasa ini dengan kemajuan pembangunan nasional maka
hal seperti ini tidak dilakukan lagi, pada umumnya masyarakat desa Loa telah
memiliki kran air didepan rumahnya sehingga tidak membutuhkan banyak tenaga.
Keenam: Rati T’de. Rati artinya ikat dan T’de artinya pagar. Rati T’de
artinya mengikat pagar. Rati T’de adalah aktivitas para warga suku untuk
menyiapkan pagar yang kuat sebagai pelataran untuk pelaksanaan para zedhe.
Sebaelum pagar dibuat di dahului dengan pemotongan hewan korban biasanya babi
jantan yang ditanggung oleh peserta para. Babi hewan korban disembeli oleh
mosalaki dan mosalaki menuturkan sebagai berikut …………..
Darah hewan
korban direciki pada ngadhu dan bambu kaki pagar.
Darah hewan korban
sebagai symbol kekuatan agar penyelenggaraan para zedhe berjlan dengan baik dan
lancar. Pagar yang dibuat mengelilingi ngadhu bentuknya segi empat. Dapat
disimak pada gambar berikut ini……..
Para
warga suku khusunya laki-laki secara bergotong royong membuat pagar. Waktu yang
dipergunakan untuk mengikat pagar ini bisa mencapai 2-3 hari bahanya berupa
Bambu yang di potong dari loka atau daerah sekitar kampung. Bambu digunakan
sebagai kaki pagar juga diikat secara vertikal, hal ini dengan maksud jika
hewan korban kerbau ditombak kerbau akan lari keliling dan tidak keluar pagar
yang akan membahayakan masyarakat yang menyaksikan atraksi tersebut.
Persyaratan minimal bambu yang diikat atas bawah (Vertikal) adalah lima batang
bambu bulat. Sedangkan jarak lubang untuk bambu yang ditanam dengan bambu yang
lainnya (horizontal) adalah 25-30 cm. pagar di buat sekuat mungkin dan di ikat
dengan tali ijuk secara ketat.
Ketujuh: Pote fare (pemintalan tali). Pemintalan tali didahului
pemotongan hewan korban. Hewan korban yang disembeli adalah ayam jantan putih
didepan ture yang lokasinya pada loka
tua mata api. Tua adat menyampaikan permohonan kepada leluhur agar pemintalan
tali berjalan dengan baik. Darah hewan korban direciki pada ture dan tali ijak
dan bulu ayam. Pekerjaan ini dilakukan oleh warga suku. Dalam upacara ini semua
ana woe dan ana weta akan membawa ayam yang warna bulunya putih untuk di potong
dan diambil bulunya untuk di pintal bersama dengan tali yang bahan bakunya dari
ijuk yang didapatkan dari pohon nira yang terdapat di sekitar loka tua mata
api. Upacara pemintalan ini membutuhkan ijuk yang banyak dan orang yang banyak
pula. kaum wanita dilarang melintasi tempat di mana orang mebuat tali ini.
Selain ayam putih juga beras merah dan babi untuk disembeli dan dimakan bersama
setelah pemintalan selesai. Pemintalan dilakukan secara teliti dan diikat kuat.
Tali ini digunakan untuk mengikat
kerbau pada waktu ditarik di
tengah kampong, hal Ini menjaga agar jangan sampai timbul hal yang bisa
membahayakan nyawa orang kalau saja tali ini terlepas atau putus. Setelah
pemintalan tali selesai tali dibawa ke kampung yang diiringi bunyi gong gendang
dan tariansepanjang jalan. Semua sisa bahan baku harus diangkut semuanya tanpa
ada yang tersisa.
Kedelapan: Tewi manu: yaitu terjadi pada sehari sebelum para
dilaksanakan . dalam kegiatan ini sanak asadara dan handai taulan membawah ayam
untuk para pelaku Para Zedhe. Pada
kesempatan yang sama juga akan dilangsungkan ritual dari ra’a manu dan basa
logo; yang mana ayam yang sudah di potong akan diambil darahnya kemudian
diberikan kepada peserta para agar mereka membasahi tangan dengan darah ayam
tersebut sebagai tanda bahwa mereka telah resmi menjadi peserta Para.
Kesembilan: Kobe Lo Rae: upacara ini terjadi pada malam sebelum para
yang mana upacara ini dimaksudkan untuk menjaga kerbau-kerbau yang akan
dibantai keesokan harinya. Biasanya yang menjaga adalah orang-orang yang
merupakan kerabat dekat dari pemilik kerbau/ peserta para dan bukan dari istri
atau anak-anak dari orang yang membuat acara tersebut. Dituturkan oleh taua-tua
adat bahwa akan terjadi sesuatu yang aneh pada kerbau tersebut. misalnay kerbau
akan mengeluarkan air mata seperti orang yang sedang menangis. Acara ini
dimaksudkan untuk menjaga agar kerbau yag akan dijaiakan hewan korban di masuki
rih jahat. Dan kalau ini sampai terjadi, maka harus segera memanggil orang
pintar (mori mali/dukun) untuk melakukan pemulihan. Semua orang yang menjaga
harus tidak boleh tidur dengan membuat membuat api unggun di depan kerbau
sambil melantunkan pantun-pantun yang berisikan keberanian atau syair yang
menghina hewan ini. Lantunan syair-syair dapat disimak berikut ini:
lo rae :
“e… oa, , tolo kau ra’a mara bisa bara dia kisa nata e…”!
“e… oa, tolo kau”
Syair di atas adalah sebuah
syair olokan bagi kerbau karena darah kerbau yang akan menyirami seluruh
kampung keesokan harinya adalah sebuah berkah dan rejeki bagi pemiliknya.
Darahnya yang segar itu adalah petanda bahwa kerbau adalah pahlawan besar yang
merelakan dirinya untuk menjadi kurban dari upacara ini. Pada amalam aharinya
penjaga kerbau menghiasi badan kerbau dengan tulisan atau pernak-pernik yang
banyak. Tulisan pada badan kerbau biasanya menunjukan identitas nama suku atau
nama orang dari pemilik kerbau yaitu peserta para. Di samping itu mereka juga
harus merotan badan kerbau atau menyiksanya dengan duri daun pandan agar
kelihatan lebih berani dan jantan serta tidak takut pada orang-orang yang
banyak. Kerbau yang sudah di persiapkan ini biasanya sudah diikat pada pohon
atau bambu yang ditanam rapat pada lehernya seperti di paron.
Kesepuluh: Leza Para. upacara ini
dilakukan pagi hari menjelang Para yang dibagi dua bagian yaitu(1) Bua laba:
adalah upacara tarian Zai laba bua yang unik yaitu dengan diiringi bunyi gendang dan rogo
(kentongan). Semua peserta Para sudah berpakaian adat lengkap dengan semua
pernak-perniknya. Dalam tarian ini gerakan yang dilakukan oleh peserta Para
Zedhe lebih cepat dan lebih meriah. Dilanjutkan dengan Ka saka P’te: setelah
berlangsungnya upacara laba bua, maka tahap berikutnya adalah ka saka p’te, di mana pada upacara ini semua peserta
Para Zedhe melakukan upacara perjamuan makan bersama. Semua peserta upacara
dibagi atas tiga kelompok untuk makan dengan mengelilingi Ngadu yang terdiri
atas tiga bagian yakni ngadu paling ujung Timur , Tengah dan Barat yang
masing-masing diberi nama: Ngadu ene (mama) di timur, Ngadu ema (bapak) di
tengah yang ukurannya paling besar dan Ngadu ana (anak) di bagian Barat. Ritual
perjamuan bersama ini adalah mengundang para leluhur agar senantiasa hadir
menemani semua peserta para dalam kegiatan selanjutnya yang sangat di nantikan
yaitu Para Zedhe. Sebelum semua peserta para makan yang terlebih dahulu
dilakukan adalah memberi makan nenek moyang di masing-masing Ngadu tersebut
dengan mengucapkan doa-doa sebagai berikut…………………………
Kesebelas: Para Zedhe. Para Zedhe adalah puncak ucapara dengan
tahap-tahap sebagai berikut: Wi Fare Bhada, Sa Ngaza dan Sa Bhea:. Ketiga
bagian di atas dilakukan secara berurutan dari setiap pelaku para zedhe. Wi
Fare Bhada adalah upacara menarik tali kerbau dari rumah pemilik menuju tempat
upacara. Penarikan tali kerbau dilakukan oleh kerabat keluarga yang dekat dan
kerabat yang jauh. Kerabat yang dekat memegang tali kerbau yang dekata dengan
mulut kerbau dan kerabat yang jauh memegang tali kerbau bagian ujung. Urutan pembantai kerbau secara berurutan
dimulai dari saka puu, saka lobo, lado,
taka (taka watu), toa, wela, radhi, laba yang berjumlah 12 orang dan yang
terakhir adalah masyarakat biasa. Saka pu’u adalah orang yang sejak leluhurnya
menduduki tempat di bagian pangkal Ngadu, begitu juga dengan saka lobo adalah
orang yang menempati ujung gadhu.
Setelah kerbau korban sudah masuk dalam pelataran ritual diringi dengan
gong gendang selanjutnya tali kerbau adiikat pada Ngadu. Selanjutnya pemilik
kerbau korban melakukan sa (sapaan) yang dalam bahasa Soa dikenal dengan Sa Ngaza sebagai berikut:
“O… Adhi de ga’e……!
Ga’e lau mala, lau mala Adhi wi siba na’a dia kisa nata.”
Artinya adalah pelaku para adalah orang besar dalam kampung ia sudah membuktikan kebesarannya dengan
membawa kerbau yang ada diladang ke tengah kampung sebagai kurban untuk leluhur
dan dewa zeta.
Setelah sa ngaza selesai dilanjutkan dengan Sa Bhea artinya menuturkan
keturunan. Yang dituturkan hanya dari keturunan pihak ibu sampai pada lapis
keempat yaitu dimulai dari Ughe, Ura, Suli dan Ma yang kesemuanya hanya dari
pihak ibu (perempuan) saja. Ughe adalah ibu dari orang yang melakukan Para
Zedhe, Ura adalah nenek dari pembuat acara Para Zedhe, Suli merupakan ibu dari
Ura atau nenek dari ibu (Ughe) pembuat acara Para Zedhe dan Ma adalah ibu dari
Suli di atas. Jika pembuat para zedhe dalam sa (sapaan) melupakan atau tidak
menyebutkan keturunan yang sebenarnya maka sa (sapaan) dilakukan atau diulangi
lagi sesuai dengan keturunannya. Sanak saudara yang disebutkan namanya dalam
upacara ini, mereka akan merasa bangga dan penghargaan karena mereka akan
dikenal oleh masyarakat, hal ini menyangkut dengan status dan kedudukan mereka
dalam masyarakat. Rasa bangga dan penghargaan yang diberikan sanak saudara yang
disebutkan namanya merasa berutang budi, dan menyerahkan kuda, sapi, ayam,
tuak, anggur kepada pembuat acara Para
Zedhe. Sebagai balasan pembuat acara para zedhe memberikan daging kerbau atau
daging babi.
Penuturan tua-tua adat
dalam Sa Bhea untuk keturunan Ughe sebagai berikut: Ana keo, Anakeo, Ana keo.
Yo Sa. Laba…(gong gendang di bunyikan diiringi dengan tarian laba para).
Setelah tarian selesai dilanjutkan dengan Ka’e Za’o Adhi o…………Ana Keo, Za’o Bai, O... Ana Keo.Keo hoga
Lo’a, Hoga Sengi. Hoga Sengi, Sengi mama teme, Nika dhano wei Mama, Uta Dhano
wei Mama. Artinya kami berasal dari suku
Senggi uklet bekerja kebun dan memelihara hewan.
Ungkapan diatas mengidikasikan bahwa suku sengi adalah suku yang ulet
untuk membawah nama suku agar tetap dikenang maka warga suku harus rajin bekerja diladang dan memelihara
ternak yang banyak untuk menghidupi anak cucu.
Laba…………(gong gendang di bunyikan lagi diiringi dengan tarian laba
para). Lebih lanjut Sa Bhea untuk Ma (keturunan ibu) sebagai berkut:
Ma ……Sasa……
Sasa wolo lewa, de nga no’o bata zili………
De fiki na’a dhiri, lina pia kisa, bule hajo tau nenu ngia.
Zele Nango Lado, Nango no’o Soa Lado
Napa de woso kappa, pe’e baga wei moe bhada
Laba………
Artinya keturunan dari Nango lado dan Soa Lado tidak boleh mengambil
istri dari keturunan yang membuat apara, tetapi harus sebaliknya dilanjutkan
dengan penyerahan warisan seperti tanah
kepada anak-anaknya bertempat di tengah kampung disaksikan oleh warga
suku dan masyarakat. Tanah yang dibagikan
adalah tanah milik orang tuanya sedangkan tanah milik suku, tanah yang masih sengketa dan tanah sakral
seperti loka tua dan loka tua mata api menjadi milik suku dan tidak dibagikan
kepada anak-anak. Biasanya batas tanah yang diberikan secara adat ini hanya
berupa batas alam seperti kali, pohon besar, batu ataupun tanda-tanda lainnya
yang bisa bertahan lama. Tidak seperti saat ini yang sudah menggunakan pilar.
Pembagian tanah oleh orang tua atau orang yang melakukan acara ini sudah
dipertimbangkan secara matang. Anak lelakinya sebagai ahli waris, yang dijuluki
sebagai Mosa Uma karena merekalah yang berhak atau berkuasa atas tanah yang
diwariskan. Setiap anaknya harus menaati
semua warisan yang sudah dibagikan ini dan mengerjakan lahan yang sudah
dibagikan ini tanpa ada rasa iri hati diantara mereaka kalau ada saudara
lainnya yang mendapatkan lahan lebih besar. Pemberian warisan tanah dialakauan
sa Ngasa oleh orang tuanya sebagai beriut:
Ana Za’o Fra Mosa uma, mosa zili tde zie
Riwu Nga dheke zaza Zala,Wole Mama Moe Eko Zara
Su’u Sa’a Su’u Sa’a, Ulu Nenga laza-Laza, wi Ngata Wei Zara, Logo Zara
No Bhaka
Laba………
Artinya bahwa warisan yang diberikan kepada anak Frans yang berlokasi di
T’de Zie (nama tempat/kebun). Bekerjalah dengan rajin dan ulet dikebun itu,
bulir padi berisi dan panjang seperti ekor kuda, jika ada warga yang lewat akan
mengagumi saudarah. Panenan berlimpah diangkut dengan kuda dan kudanya pun
sampai terluka karena beban yang di pikul terlalu berat.
Selain anak laki-laki
juga anak perempuanpun akan dialakukan Sa Ngaza yang dijuluki Mosa Ngesu Karena
pada sistem patrilinel perempuan tidak mendapatakan warisan, maka Sa Ngaza yang
diberikan tidak berupa harta warisan tetapi berupa pujian atas kerja yang ia
lakukan. Mosa Ngesu menandakan bahwa ia (anak gadisnya) berkuasa dan mempunyai
kewajiban di dalam mengatur rumah tangga, masak mengurus suami dan anak-anak
dan mengabdi seutuhnya pada suami. Lebih dari itu haknya sebagai perempuan dan
kelihaiannya dalam mengatur rumah harus diakui oleh saudara-saudara mereka.
Sa Bhea yang di berikan
kepada anak gadis oleh pelaku Para Zedhe:
Ana Za’o Tri, Mosa Ngesu
Gazo Wazu, Gazo Wazu Sai Dhu Lei Maru.
Tebhi Sea, Tebhi Sea Sai Dhu Lei Gea
Arti dari Sa di atas adalah pembuat acara Para Zedhe mengagungkan
anaknya yang bernama Tris. Ia bekerja
siang dan malam hanya demi kelangsungan hidup mereka. Pekerjaannya adalah suatu
pekerjaan yang biasa dilakukan perempuan yang di mulai dari menapis beras dan
membersihkan ampasnya kemudian memasaknya.
Pada upacara Para ini senua
penonton berdiri diluar pagar atau memanjati pagar agar bisa melihatnya lebih
jelas. Setelah Sa selesai, maka kerbau yang sudah di ikat pada Ngadu pun mulai
di tikam dengan parang atau tombak. Orang yang menikam ini boleh orang dari
luar yang dijuluki Wunu Bheto Guru dan putra dari kampung itu sendiri atau Ana
Tana. Syarat bagi para punggawa ini adalah pemberani, cekatan, gesit dan tidak
melepaskan tombak atau parangnya saat mengenai badan kerbau.
Upacara pembantaian kerbau
ini berlangsung secara berurutan sesuai dengan aturan adat yang ada. Ketika
kerbau ditombak kerbau akan berlari mengintari dalam pagar yang sudah
dipersiapkan sebelumya. Jika kerbau berhenti penonton bersorak agar kerbau berlari kembali. Para
penombak berdiri di ujung barat dan timur. Kerbau akan berlari sekuat tenaga
sampai tali yang mengikatnya sudah rentang. Ada juga kerbau yang karena terlalu
kencang berlari bisa terjatuh, kesempatan bagi para penombak untuk melukainya.
Pembunuhan yang sadis terhadap hewan ini akan berlangsung terus sampai darahnya
mulai menyirami seluruh area pembantaian ketika kerbau sudah tidak berdaya,
maka di potong pada kedua lutut kaki bagian belakang dengan parang setelah itu kerbau
di tarik keluar tempat upacara menuju rumah pemilik kerbau dengan tali yang
masih terikat. Pada jaman sebelumnya biasanya kerbau dibiarkan begitu saja di
tengah kampung sampai kerbau yang paling akhir terbunuh baru di tarik keluar
arena menuju rumah pemilik kerbau untuk di potong.
Keduabelas: T’ge ulu Bhada: adalah tahap akhir dari kegiatan Para Zedhe.
Setelah semua daging kerbau dimasak atau dibagikan kepada semua anggota suku
atau anggota keluarga, maka selanjutnya dilakukan upacara tge ulu bhada (kepala
kerbau) pada saat itu ditenda yang sudah disediakan. Mori para meletakan kepala
beserta tanduknya sambil mengucapkan kata “Kau Sei”? (siapakah kamu?), setelah
itu seorang yang ditugaskan untuk menerima kepala yang berada di atas tenda
menjawab ”Za’o tadu Wegu” (saya adalah tadu wegu”). Ucapan ini untuk
mengingatkan orang kepada tadu wegu yaitu kerbau yang pertama kali datang ke
So’a yang kemudian oleh beberapa orang yang pada waktu itu belum mengenal
kerbau menolaknya ke sungai yang kemudian di bawa air menuju Rawe (daerah
Kabupaten Nagekeo sekarang) di sana orang Rawe memeliharanya yang kemudian
berkembang biak menjadi banyak. Oleh karena itu sebagai penghargaan dan untuk
mneghormati binatang ini maka mereka selalu mengingatkannya pada setiap penyimpanan
kepala kerbau ini, sehingga arwah dari hewan ini senatiasa tidak murka.
2. Fungsi sosial
Upacara Para Zedhe dilakukan dengan menghimpun seluruh keluarga besar
dan semua anggota suku yang merupakan lambang persatuan dan persaudaraan antara
manusia dan sesamanya. Semua yang datang mengambil bagian dari upacara ini di
himpun menjadi satu keluarga besar. Semua berpartisipasi dalam setiap kegiatan
yang sudah diatur sebelumnya. Kegiatan sosial yang tidak ternilai harganya dan
menjadi sangat berarti ketika semua anggota keluarga tersebut mulai menunjukan
solidaritasnya terhadap sesama manusia dengan caranya masing-masing.
Di tinjau dari aspek sosial ternyata ritual adat Para Zedhe mmepunyai
dampak yang sangat besar dalam kehidupan bermasyarakat. Ritual yang selalu
diakhiri dengan perjamuan makan bersama bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan
jasmaniah semata tetapi lebih dari itu yaitu mempunyai nilai dan fungsi sosial
di mana orang yang membuat acara ini (mori para), merasa bahwa sesungguhnya
masih banyak orang yang kebutuhan akan pangannya tidak tepenuhi setiap saat.
Karena itu yang merasa berlebihan harus
mengupayakannya agar semua yang merasa kekurangan itu merasakan juga seperti
yang ia rasakan. Hal lain lagi yang bernilai sosial bahwa dengan adanya upacara
ini semua yang telah terhimpun merasakan sendiri indahnya hidup dalam
kebersamaan yang memang sudah lama di lakukan oleh para nenek moyang dahulu
agar tetap di pertahankan.
Istilah ‘Ngeta ngata ge ngia,
Mami kita nenga ka” adalah sebuah istilah yang mempunyai maksud penyatuan
sosial yang sangat dalam yang mana sesungguhnya segala seuatu yang siap untuk
dihidangkan, maka setiap kita berkenan untuk menikmatinya secara bersama-sama
dan dalam suasana keluarga.
3. Fungsi Pendidikan
Fungsi pendidikan dalam setiap upacara adat tentu sangatlah penting, di
mana nilai pendidikan yang ada akan mendidik seseorang agar menjadi lebih baik
dan menjadi tempat belajar bagi yang membutuhkannya.
Fungsi pendidikan dalam upacara adat Para Zedhe ternyata berdampak
sangat luas. Apa yang dilkukan orang tuanya (pembuat acara para zedhe) akan
meberikan contoh moral kepada anak anak mereka misalnya mengambil istri yang
ada hubungan darah terutama di bawah lapis keempat akan berakibat buruk kepada
aak-anak mereka suatu saat nanti. Pembagian harta warisan yang dilakukan adalah
contoh didikan yang baik kepada anak-anak mereka sehingga suatu saat nanti
tidak menyisakan hal yang buruk terhadap anak-anak mereka sepeninggal dia.
Apabila ini tidak dilakaukan, maka bisa saja terjadi kekacauan pada keluarga
mereka sendiri dimana perebutan harta warisan antar saudara bisa terjadi.
Didikan yang baik juga didapat dari kebaikan terhadap sesama anggota
keluarga agar bisa saling menghargai apa yang sudah diberikan oleh orang tua
dan menjaga serta menganggap harta warisan tu sebagai emas yang akan
mendatangkan hasil yang banyak kalau dikerjakan dengan baik dan tanpa kenal
lelah.
Hal lain yang juga merupakan aspek pendidikan kepada generasi penerus
adalah tindakan yang dilakukan orang-orang tua yang menjaga hubungan yang baik
dengan orang lain akan mendatangkan hal yang baik dan membawa berkah bagi diri
kita sendiri, ini dilakukan dengan cara membagikan makan dan minum kepada semua
yang hadir dengan adil tanpa memandang bulu. Setiap yang hadir akan merasakan
sesuatu yang kita berikan tersebut dan mereka akan selalu mengingatkan kita di
manapun kita berada.
Langganan:
Postingan
(
Atom
)