Kamis, 28 April 2016

Implementasi wawasan nusantara Sosial Budaya dalam film Reviewed by Esemka Date 4/28/2016 10:43:00 AM

Implementasi wawasan nusantara Sosial Budaya dalam film


Implementasi wawasan nusantara dalam Sosial Budaya

Indonesia terdiri atas ratusan suku bangsa yang masing-masing memiliki adat istiadat, bahasa, agama, dan kepercayaan yang berbeda - beda, sehingga tata kehidupan nasional yang berhubungan dengan interaksi antargolongan mengandung potensi konflik yang besar mengenai berbagai macam ragam budaya.
Wawasan nusantara dalam bidang sosial budaya merupakan wawasan nusatara yang mengamati atau mempelajari segala sesuatu mengenai masyarakat atau kepentingan umum yang menggunakan pola pikir dengan mengandung cinta, rasa, dan karsa (budi, perasaan, dan kehendak).
Sesuai dengan sifatnya, kebudayaan merupakan warisan yang bersifat memaksa bagi masyarakat yang bersangkutan. Artinya setiap generasi yang lahir dari suatu masyarakat dengan serta merta mewarisi norma-norma budaya dari generasi sebelumnya. Proses sosial dalam upaya menjaga persatuan nasional sangat membutuhkan kesamaan persepsi atau kesatuan cara pandang diantara segenap masyarakat tentang eksistensi budaya yang sangat beragam namun memiliki semangat untuk membina kehidupan bersama secara harmonis.
Implementasi wawasan nusantara dalam kehidupan sosial budaya, akan menciptakan sikap yang mengakui, menerima dan juga  menghormati segala bentuk perbedaan atau keBhinekaan sebagai kenyataan hidup sekaligus karunia Sang Pencipta agar tercipta juga suasana yang aman dan nyaman di negara Indonesia ini.
  • Cara menujukkan bahwa kita berwawasan nusatara sosial budaya :
  1. Tidak menghilangkan budaya indonesia, walaupun banyaknya budaya luar yang masuk ke indonesia.
  2. Bangga akan hasil karya bangsa indonesia, contoh : batik, dll
  3. Melindungi budaya indonesia, agar tidak di peroleh negara lain.





Contoh didalam Film :

- Alangkah Lucunya Negeri Ini (2010)



Film ini mengangkat kenyataan sosial yang terjadi di Indonesia mulai dari masalah pengangguran hingga tindakan sewenang-wenang Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) terhadap anak-anak jalanan.

            Alangkah Lucunya (negeri ini) juga merupakan potret nyata yang ada dalam kehidupan bangsa Indonesia seperti sindiran-sindiran sosial seperti saat Jupri (Edwin) yang merupakan calon anggota DPR yang berkampanye membagikan kaos di kampung agar memilihnya dalam pemilu. Selain itu lewat film ini bisa mengajak Anda agar lebih waspada lagi terhadap barang bawaan Anda. Tidak lupa selipan humor juga ditampilkan oleh akting H.Sarbini (Jaja Miharja) yang bisa mengocok perut anda. Namun sang sutardara Dedi Mizwar juga tidak lupa menegaskan bahwa yang halal itu halal dan yang haram itu haram lewat adegan pemisahan barang-barang yang dibeli oleh Muluk dari hasil gajinya yang diperoleh dari mencopet.
            Melihat film hasil kolaborasi penulis Musfar Yasin dan sutradara Deddy Miqwar ini, kita bisa melakukan penilaian dari banyak sudut pandang, diantaranya adalah ideology, politik, social, budaya, pendidikan, kriminalitas generasi muda dan agama. Isu-isu dasar yang sangat tampak di permukaan seperti penganguran, kekerasan, dan matrealistis juga ikut disinggung dalam film ini.
            Dalam film ini juga banyak memperlihatkan keadaan kelompok-kelompok masyarakat yang termarjinalkan dan memang itu yang sebeneranya terjadi. Adanya tekanan social yang dialami Muluk karena masih saja menganggur walaupun sudah sarjana, atau kewajiban bekerja dan menikah adalah hal lumrah di negeri ini. Potret kemiskinan dan pengangguran juga disajikan apik seperti sang ibu (Rina Hasyim) yang tidak punya pekerjaan selain mengisi TTS dan game watch, atau Sayamsul yang hobi bermain kartu di pos ronda padahal sarjana pendidikan. Bahkan kelakuan Pipit yang senang mengikuti kuis di televis dan undian berhadiah sebagai jalan pintas untuk mencari materi atau kekayaan.
            Film ini juga mengangkat persoalan agama dan umatnya (Hal ini tergambar dari konfilk antara kelompok haji, seperti Makbul, Sarbini, dan Haji Rahmat) yang menolak tegas tindakan revolusioner Muluk yang mengumpulkan 10% dari hasil copet untuk diputar dan ditabung, karena menimbulkan kontroversi sebagai uang haram.

KESIMPULAN :

Akhirnya, dari film ini kita dapat mengambil pelajaran khususnya pembelajaran sosial, bahwa niat baik apabila kita lakukan dengan cara yang dapat menimbulkan kontroversi ternyata tidak dapat langsung di terima oleh masyarakat. Seperti konfilk yang di alami oleh Muluk dengan kelompok haji. Selain itu setiap manusia mempunyai kesempatan untuk berubah menjadi manusia yang lebih baik. Kita dianjurkan untuk lebih arif dalam menilai seseorang bukan hanya dari bungkusnya atau yang di sebut luarnya saja, seperti apakah dia berprofesi pencopet, pengangguran, atau caleg. Namun yang perlu kita perhatikan bagaimana mereka mempunyai kebaikan untuk dapat dibagikan kepada sesama untuk merubah orang-orang yang tertinggal menjadi lebih baik. Meskipun di akhir cerita ini Muluk tidak berhasil 100% tetapi niat muluk dalam menyelesaikan sebuah masalah sosial untuk merubah generasi anak muda dari pencopet berubah menjadi profesi yang benar dan halal sudah dilakukan oleh beberapa anak-anak mantan copet menjadi dagang asong yang halal.
































DAFTAR PUSTAKA :

http://dwiciptomaulana.blogspot.co.id/2014/10/alangkah-lucunya-negeri-ini.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Alangkah_Lucunya_%28Negeri_Ini%29
http://www.21cineplex.com/slowmotion/alangkah-lucunya-negeri-ini-negeri-para-pencopet,1302.htm
https://melishaputri.wordpress.com/2013/04/11/wawasan-nusantara-dalam-bidang-sosial-budaya/
https://id.wikipedia.org/wiki/Wawasan_Nusantara


Terimakasih Anda telah membaca tulisan / artikel di atas yang berjudul : Implementasi wawasan nusantara Sosial Budaya dalam film jangan lupa komen dan berbagi :)

Tidak ada komentar :

Posting Komentar