Kamis, 28 Mei 2015
Makalah Wayang Beber
Reviewed by Esemka
Date 5/28/2015 04:58:00 PM
Label:
kebudayaan
,
makalah
,
tugas
Makalah Wayang Beber
Daftar Isi 1
BAB
I 2
PENDAHULUAN.. 2
1.1.
Latar Belakang. 2
1.2.
Rumusan Masalah. 3
1.3.
Tujuan Penulisan. 3
BAB
II 4
PEMBAHASAN.. 4
2.1. Sejarah. 4
2.2. Dalang dan Pemilik. 6
2.3. Pementasan. 8
2.3. Bentuk Pertunjukan. 9
2.3. Urutan Pertunjukan. 10
2.3. Fungsi dan Makna. 11
BAB
III 12
PENUTUP. 12
1.1.
Kesimpulan. 12
1.2.
Lampiran. 13
BAB
IPENDAHULUAN1.1
Latar BelakangWayang Beber adalah salah satu jenis wayang yang tokoh –
tokoh pendukung dalam lakonnya tidak berupa boneka, melainkan berupa lukisan
pada lembaran kain kanvas lukis atau media lukis lain dimana pada setiap satu
lakonnya terdiri dari beberapa gulungan yang panjangnya hampir 4 meter. Pada
wayang jenis lain, pertunjukkannya penuh dengan atraksi, tokoh – tokoh
pendukung lakon dimainkan oleh Dalang dengan atraktif sesuai kemampuan Dalang
dalam memainkannya. Pada Wayang Beber, Dalang tidak memainkan atraksi tokoh –
tokoh pendukung lakonnya, melainkan hanya dengan jalan membentangkan lukisan
adegan demi adegan dan menceritakannya secara berurutan dari adegan pertama
sampai adegan terakhir. Mungkin orang masa kini akan sangat aneh kalau mendengar
nama wayang beber. Buat masyarakat sekarang yang sangat wajar di dengar
istilahnya dan. Sungguh ironis,
Padahal wayang beber juga warisan
budaya nusantara yang seharusnya bisa dilestarikan. 1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
Dari sekian banyak seni pertunjukan yang ada di
Indonesia adalah salah satunya Wayang Beber ,walau sudah mulai jarang di
pertunjukan, setidaknya dengan adanya ini makan kita akan mengetahui.
Menginformasikan
beberapa hal tentang wayang beber dimulai dari
sejarahnya.
BAB II
Pembahasan
2.1 Sejarah
Wayang Beber
Sejarah kelahiran wayang tidak bisa
dilepaskan dari keberadaan kerajaan Majapahit. Wayang jenis ini dikenal pertama
kali pada masa Majapahit, tepatnya saat kerajaan Bumi Trowulan dipimpin Raden Jaka Susuruh. Raja ini bergelar Prabu Bratana. Hal ini ditunjukkan
dengan candrasengkala pembuatan wayang beber pada masa itu, yakni gunaning
bhujangga sembahing dewa, yang menunjukkan tahun Saka 1283 (1361 M).
Saat itu wayang beber masih
mengambil cerita wayang purwa. Bentuk wayang beber purwa sudah seperti yang
ditemukan sekarang, yakni dilukis di atas kertas. Ketika dipergelarkan, kertas
berlukiskan wayang tersebut digelar (Jawa: dibeber), dan bila sudah selesai
digulung kembali untuk disimpan.
Pada zaman Majapahit, pergelaran
wayang beber purwa di lingkungan istana sudah mengguakan iringan gamelan.
Sementara pertunjukan di luar istana, tepatnya di lingkungan masyarakat biasa,
hanya diiringi rebab (alat musik gesek khas Jawa). Di lingkungan keraton,
pertunjukan wayang beber diadakan dalam rangka acara-acara khusus, seperti
ulang tahun raja, perkawinan putra-putri raja dan sebagainya. Sementara di
tengah-tengah rakyat kebanyakan, pergelaran wayang beber pada masa itu diadakan
untuk kepentingan ritual, seperti ruwatan.
Saat Majapahit diperintah Prabu
Brawijaya, tepatnya tahun 1378, bentuk wayang beber mengalami penyempurnaan.
Brawijaya termasuk raja yang memiliki perhatian besar terhadap wayang beber. Ia
memerintahkan kepada salah satu anaknya yang memiliki kepandaian melukis, yakni
Raden Sungging Prabangkara, untuk menyempurnakan penampilan wayang beber.
Lukisan wayang yang semula hanya hitam putih, oleh Sungging Prabangkara dibuat
menjadi berwarna, sehingga penampilan wayang beber menjdi lebih hidup dan
menarik. Proses penyempurnaan wayang beber ini terjadi tahun 1378 Masehi. Wayang
beber yang mengambil cerita Panji diperkirakan baru muncul pada zaman Mataram
Islam(Islam), tepatnya pada masa pemerintahan Kasunanan Kartasura. Kala itu
raja yang memerintah adalah Amankurat II (1677-1703). Hal itu juga disebutkan
dalam salah satu tembang Kinanthi yang ada di Serat Centhini.
Wayang beber di zaman Mataram
Kartasura di buat dari kertas lokal, yakni kertas Jawa dari Ponorogo. Cerita
yang ditampilkan antara lain Jaka Kembang Kuning, salah satu episode cerita
Panji. Kemudian pada masa pemerintahan Amangkurat III atau Sunan Mas, dilakukan
penyempurnaan lagi terhadap lukisan wayang beber. Wajah dan pakaian yang
dikenakan tokoh-tokoh utama, seperti Panji Asmarabangun dan Dewi Candrakirana,
disesuaikan dengan penampilan Arjuna dan tokoh perempuan yang cantik sebagai
tokoh-tokoh wayang purwa. Selanjutnya pada era pemerintahan Sunan Paku Buwono
II lukisan wayang beber di ubah lagi, terutama pada ilustrasi yang
melatarbelakangi penampilan tokoh. Ilustrasi yang ada dikurangi dan
disederhanakan, sehingga penampilan wayang beber menjadi lebih klasik dan tidak rumit. Sosok tokoh menjadi
kelihatan menonjol. Kisah cinta Panji Asmarabangun, oleh Paku Buwono II dibuat
menjadi lakon Remeng Mangunjaya.
Pada masa Islam ini, para Wali di
antaranya adalah Sunan Kalijaga wayang beber ini dimodifikasi bentuk menjadi
Wayang Kulit dengan bentuk bentuk yang bersifat ornamentik yang dikenal
sekarang, karena ajaran Islam mengharamkan bentuk gambar makhluk hidup
(manusia, hewan) maupun patung serta diberi tokoh tokoh tambahan yang tidak ada
pada wayang babon (wayang dengan tokoh asli India) diantaranya adalah Semar dan
anak-anaknya serta Pusaka Hyang Kalimusada. Wayang hasil modifikasi para wali
inilah yang digunakan untuk menyebarkan ajaran Islam dan yang kita kenal
sekarang. Perlu diketahui juga bahwa Wayang Beber pertama dan masih asli sampai
sekarang masih bisa dilihat.
2.2 Dalang
dan Pemilik Wayang
Pemilik wayang beber di Pacitan
adalah Bapak Sumardi atau yang dikenal dengan nama Mbah Mardi. Kini Mbah Mardi
merupakan satu-satunya dalang Wayang Beber di Pacitan yang juga memiliki Wayang
Beber warisan leluhurnya. Menurut penuturannya, Wayang Beber yang dimilikinya
merupakan warisan leluhur, yang secara turun-temurun merupakan hadiah yang
diberikan oleh Raja Brawijaya. Pada suatu hari Permaisuri Raja Brawijaya menderita suatu penyakit, dan
kemudian Raja Brawijaya mengadakan
sayembara untuk menyembuhkan penyakit permaisuri. Dan yang berhasil menyembuhkan penyakit permaisuri adalah
seorang dukun (tabib) yang bernama Mbah Nolodermo (yang merupakan leluhur dari
Mbah Mardi). Sebagai ungkapan terimakasih, Raja Brawijaya memberikan hadiah
berupa jabatan lurah Kediri, namun hadiah jabatanitu ditolak oleh Mbah
Nolodermo, karena Mbah Nolodermo tidak bisa membaca ataupun menulis.
Kemudian Raja Brawijaya menawarkan
hadiah berupa uang. Hadiah uang itu juga ditolak oleh Mbah Nolodermo dengan
alasan bahwa jika diberi uang maka hadiah itu akan cepat habis. Maka Raja
Brawijaya memberikan hadiah berupa Wayang Beber bagi Mbah Nolodermo dengan
harapan bahwa Wayang Beber tersebut dapat menjadi sumber penghasilan secara
turun-temurun.
Dalang sekaligus pemilik Wayang
Beber yang sekarang dikenal dengan nama Mbah Mardi tersebut menjadi dalang
sejak tahun 1982, dan masih aktif hingga kini. Namun, justru lebih banyak
daerah luar kota Pacitan yang masih menggelar Wayang Beber ini. Wayang Beber
cukup populer di mancanegara, misalnya di Jepang, Belanda, Perancis, bahkan di
Perancis terdapat duplikat Wayang Beber ini. Seorang ilmuwan Perancis juga
pernah meneliti bahan yang dipakai untuk mewarnai gulungan kertas Wayang Beber,
yang ternyata berasal dari getah-getahan.
Silsilah pemilik sekaligus dalang dari Wayang Beber
ialah:
1. Nolodermo
2. Nalongso
3. Citrowongso
4. Gondoyuto
5. Singononggo
6. Trunodongso
7. Gondoleksono
8. Poleksono
9. Dipoleksono
10. Poleksono
11. Posetiko
12. Gunocarito / Sarnen
13. Sumardi
Pagelaran Wayang Beber tidak
membutuhkan banyak peralatan khusus, alat-alat musik yang digunakan merupakan
alat-alat musik yang cukup sederhana, tidak seperti pagelaran wayang lain.
Namun dengan alat-alat musik yang sederhana ini, suasana mistik dan sakral
dapat dirasakan cukup kuat, terutama alunan rebab.
Tempat untuk menancapkan tongkat
penggulung gulungan Wayang Beber menjadi satu dengan tempat menyimpan gulungan
Wayang Beber tersebut. Bentuk tempat penyimpanan gulungan Wayang Beber tersebut
juga cukup unik dan berkesan sederhana namun sakral. Karena merupakan warisan
turun-temurun, bahan membuat gulungan Wayang Beber sampai saat ini tidak
diketahui oleh dalang sekaligus pemiliknya yaitu Mbah Mardi. Namun duplikat
dari gulungan Wayang Beber ini kertasnya menggunakan kertas merang yang
kemudian diolah lagi sehingga permukaannya dapat digambar dan diwarnai dengan
baik.
2.3 Pementasan
Wayang Beber
Wayang Beber hanya dipentaskan
untuk upacara ruwatan atau nadar saja. Wayang ini berbentuk lukisan di atas
kertas, dengan roman seperti wayang kulit purwa hanya kedua matanya nampak.
Sikap wayang bermacam-macam, ada yang duduk bersila, sedang berjalan, sedang
berperang dan sebagainya.
Sebelum melakukan pagelaran Wayang
Beber, harus dilakukan semacam ritual untuk menghormati leluhur. Ritual itu
berupa pembakaran dupa dengan adanya persembahan atau sesajen. Ritual
pembakaran dupa tersebut sambil diringi oleh doa yang dilakukan oleh dalang,
baru kemudian Wayang Beber dapat
dimainkan dengan cara dibuka satu pesatu atau digelar/dibeber.
Satu gulungan berisi 4 adegan,
sehingga ketika adegan pertama diperlihatkan maka adegan ketiga sampai keempat
masih dalam posisi tergulung. Kemudian jika berpindah dari gulungan satu
kegulungan selanjutnya, maka pasak di sebelah kanan dalang dilepas terlebih
dahulu, kemudian pasak gulungan yang baru dipasang, selanjutnya membuka
gulungan baru sambil menutup gulungan sebelumnya, dan terakhir memasang pasak
pada tempat penyimpanan Wayang Beber tersebut.
Dalang menceritakan cerita yang
terlukis di gulungan Wayang Beber tersebut dengan menggunakan Bahasa Jawa
dengan posisi membelakangi Wayang Beber, atau menghadap penonton. Dan untuk
menutup pagelaran Wayang Beber ini, dalang mematikan dupa sambil membaca doa.
2.4 Bentuk Pertunjukan
Dilihat dari bentuk pertunjukannya,
wayang beber termasuk pentas seni tradisional sederhana yang hanya terdapat
beberapa unsur yang menjadi pendukungnya, yakni:
Seperangkat wayang yang terdiri dari enam
gulungan dan masing-masing gulungan terdiri dari empat adegan.
Seperangkat gamelan yang terdiri dari gong, kenong laras slendro,
kendang, dan rebab.
Niyaga, (penabuh gamelan)terdiri dari empat orang.
Lakon atau cerita wayang beber yang hanya memiliki satu siklus cerita
saja.
2.5 Urutan pertunjukkan
1. Dalang membakar kemenyan, kemudian
membuka kotak dan mengambil tiap gulungan menurut kronologi cerita.
2. Dalang membeberkan gulungan gulungannya
pertama dan seterusnya, dengan membelakangi penonton.
3. Dalang mulai menuturkan janturan
(narasi).
4. Setelah janturan, mulailah suluk
(Lagu penggambaran) yang amat berbeda dengan umumnya suluk wayang purwa.
5. Setelah suluk, dimulailah pocapan
berdasarkan gambar wayang yang tengah dibeberkan. Begitu pula seterusnya sampai
seluruh gulungan habis dibeberkan dan dikisahkan.
Seluruh pertunjukkan diiringi
dengan seperangkat gamelan Slendro yang terdiri dari rebab, kendang batangan,
ketuk berlaras dua, kenong, gong besar, gong susukan, kempul. Penabuhnya cukup
4 orang saja yakni sebagai penggesek rebab, petigendang, penabuh ketuk kenong,
dan penabuh kempul serta gong. Patet yang digunakan hanya patet nem dan patet
sanga.
Lama pementasan hanya sekitar satu
setengah jam saja, dapat dilakukan siang hari ataupun malam hari.
Setiap pagelaran wayang beber harus
ada sesaji yang terdiri dari kembang boreh, ketan yang ditumbuk halus, tumpeng
dan panggang ayam, ayam hidup, jajan pasar (kue-kue) dan pembakaran kemenyan.
Untuk upacara ruatan atau bersih desa perlu ada tambahan sesaji berupa sebuah
kuali baru, kendi baru dan kain putih baru.
2.6 Fungsi
dan Makna
Fungsi pertunjukan Wayang Beber
meliputi fungsi ritual, fungsi sosial, serta fungsi budaya. Dari ketiga fungsi
ini yang paling dominan di masyarakat adalah fungsi ritulnya, dikarenakan
keyakinan bahwa Wayang Beber memiliki kekuatan magis yang dapat membantu
tercapainya cita-cita seseorang.
Pertunjukan Wayang Beber Pacitan,
juga memiliki makna bagi masyarakat yang masih mempercayai kukuatan magis.
Fungsi dan makna sosial budaya, Wayang Beber adalah sebagai salah satu kontrol
sosial, moral, pendidikan serta sebagai panutan, yang memiliki arti yang
penting bagi masyarakat di sekitarnya. Tidak kalah penting adalah makna ritual,
sebab masyarakat masih mempercayai hal-hal yang magis. Pertunjunkan Wayang
Beber memang sangat erat hubungnya dengan masalah-masalah ritual dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat yang masih memegang teguh kepercayaan animisme
dan dinamisme.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Wayang Beber adalah seni wayang
yang muncul dan berkembang di Jawa pada masa pra Islam dan masih berkembang di
daerah daerah tertentu di Pulau Jawa. Dinamakan wayang beber karena berupa
lembaran lembaran (beberan) yang dibentuk menjadi tokoh tokoh dalam cerita
wayang baik Mahabharata maupun Ramayana.
Konon oleh para Wali di antaranya
adalah Sunan Kalijaga wayang beber ini dimodifikasi bentuk menjadi Wayang Kulit
dengan bentuk bentuk yang bersifat ornamentik yang dikenal sekarang, karena
ajaran Islam mengharamkan bentuk gambar makhluk hidup maupun patung serta
diberi tokoh tokoh tambahan yang tidak ada pada wayang babon diantaranya adalah
Semar dan anak-anaknya serta Pusaka Hyang Kalimusada. Wayang hasil modifikasi
para wali inilah yang digunakan untuk menyebarkan ajaran Islam dan yang kita
kenal sekarang. Perlu diketahui juga bahwa Wayang Beber pertama dan masih asli
sampai sekarang masih bisa dilihat. Wayang Beber yang asli ini bisa dilihat di
Daerah Pacitan, Donorojo, wayang ini dipegang oleh seseorang yang secara
turun-temurun dipercaya memeliharanya dan tidak akan dipegang oleh orang dari
keturunan yang berbeda karena mereka percaya bahwa itu sebuah amanat luhur yang
harus dipelihara.
3.2
Lampiran
Cari sendiri :p
Rabu, 27 Mei 2015
Topeng Pajegan
Reviewed by Esemka
Date 5/27/2015 09:15:00 AM
Label:
kebudayaan
,
seni
,
seni pertunjukan
Topeng Pajegan
Topeng Pajegan
Bali memiliki banyak budaya,
sehingga mengundang banyak wisatawan untuk datang ke pulau Bali.Karena Bali memiliki
pesona tersendiri, yang terdiri dari beberapa Desa Pakrman, yang memiliki
masing-masing budaya yang berbeda-beda.Yang membuat keaneka ragaman budaya
Bali, dan kasanah tradisi dari masing-masing Desa atau tempat yang ada di
Bali.Sehingga Bali memiliki banyak budaya dan seni.Dalam upacara ke Agamaan
terdapat tradisi atau budaya yang melengkapi plaksanaan upacara ke Agamaan di
Bali. Ada beberapa pelengkapa plaksanaan upacara yang ada di Bali, seperti:
Gamelan, Tembang, Tarian. Dan yang lainnya, yang semuanya itu membantu prosesi
plaksanaan upacara ke agamaan yang ada di Bali.
Banyak jenis tarian topeng bali
salahsatunya Topeng Pajegan, Topeng Pajegan disebut juga Topeng Wali, karena ia
berfungsi untuk sarana upacara keagamaan dan dipentaskan sejajar dengan Wayang
Lemah.
Ada pula banyak fungsi dari Topeng Pajegan, tidak hanya
sebagai pengiring upacara ke-Agamaan saja namuan, dapat pula di jadikan
tontonan.
PEMBAHASAN
2.1 Asal-usul dan pertunjukan Topeng Pajegan
‘Tari topeng berati menari dengan topeng atau istilah dalam
bahasa bali adalah tapel sebagai penutup muka.Awal mula topeng muncul tidak
memakai lakon-lakon tertentu karena biasanya di gunakan upacara adat di bali.di
bali terdapat banyak jenis topeng seperti topeng pajegan yang di tarikan
seorang diri,kata pajeg yang berate “borong” dalam bahasa Indonesia sehinga
menjadi kata pajegan berarti borongan,selain itu kata pajegan juga berate
sesajen yang di haturkan sedemikian rupa kepada para dewata, Bandem (1978)
mengatakan bahwa kata topeng berasal dari kata tup yang berarti “tutup’di
tambah ‘eng’ yang kemudian menjadi “tupeng”jemudian mengalami perubahan menjadi
“topeng”.dari topeng pajegan yang akhirnya berubah menjadi Topeng
Prembon dengan menambah beberapa penarinya atau tarian lainya.yang dominan
memasukan arja khususnya mantra manis /mantra buduh kadang-kadang di sertai
juga dengan galuh beserta condongnya dengan demikian di dalam topeng prembon
tidak harus semua penari memakai tapel atau topeng ,walaupun terkadang ada juga
menggunakan tapel yang berupa dewa atau raksaksa.menurut Bandem, mengatakan
bahwa tari topeng muncul di bali pada masa pemerintahan raja ugrasena pada
tahun 818 caka 896 masehi. Ini termuat dalam prasasti bebetin yang di kutip
dari karya tulis wayan simpen Ab dengan judul ‘’sejarah wayang purwa” di pure
penatran TOPeng Blabatuh tersimpan 21 buah topeng yang mewakili beberapa tokoh
seperti tokoh Danghyang bkepakisan, Patih gajah mada, Arya Damar, Raja Hayam
wuruk , Aji nWQEngker , Dalem KResne kepakisan . Di desa ketewel ,
sukawati terdapat juga topeng sanaghyang yang di sebut Topeng Dedari /
Sang hyang dedari, yang terdiri atas 7 topeng yang mewakili tokoh bidadari,
yang mewakili tokoh bidadari antara lain nilatoma , supraba, menaka,ken
sulasih, kendran, gagarmayang, tunjung biru. Topeng ini juga menggunaka
Cagem(bandem Tth : 9 )Topeng panca yang terdiri dari lima penari topeng sesuai dengan arti katanya yaitu “ panca “ yang berarti lima .topeng jenis ini muncul pertama kali di krajaan badung dengan tokoh tokoh nyarikan sriada b, ida bagus purya , ida bagus kneng, ida bagus boga, kemudian di susul, dengan perkembangan topeng panca di klungkung dan Gianyar.Dari perkembangan Topeng Panca ini kemudian di badung muncul sebuah pertunjukan yang mengagambungkan antara tari topeng dan arje ataupun tari legong,baris,jauk, yang di sebut TOPENG PREMBON,pernyataan ini yang di cetuskan oleh I NYOMAN KALER, pada masa jayanya pementasan topeng prembon rombongan ida boda ,nyarikan sriada,ida purya ,pertunjukan topeng sering mengambil cuplikan cerita Rangga Lawe sebagai lakonya. Kemudian setelah ide boda wafat, maka muncul topeng prembon Inyoman pugre dari banjar kesiman,kesiman dan Agung Oka dari Blangsingga, Gianyar . untuk melengkapi kerperluan dalam hal pementasan, suatu lakon maka di masukan unsure arja ke dalam pementasan itu, dalam hal ini mantra manis yang di bawakan oleh ni wayan mudri.kadang – kadang di sertai pula penari jauk, baris , legong , limbur, inya / condong.galauh / putrid , Desak sesuai dengan kebutuhan lakon yang akan di pentaskan.sayanh sekali rombong ini hanya populer puluhan tahun karna I nyoman pugra meninggalnketika pentas di solo kemudian di susul dengan meneinggalnya Anak agung oka ( populernya dengan sebutan gung blang) berselang beberapa bulan setelah kematian I nyomn PUgra,perlu pula di ketahui bahwa I nyoman pigra lah yang pertama kali menciptakan topeng monyer ( topeng manis/bebagusan) dan ia sendiri yang langsung membawakanya tarian itu saat pementasan. Topeng manis tersebut sebagai ganti dari topeng tua yang pada saat itu masihh di iringi dengan tabuh werde lumaku berbeda halnya saat ini oleh para pencipta tabuh sudah di buatkan tabuh khusus untuk mengiringi topoeng manis,yang pertama – tama di gunakan oleh seka gong dari Galadag (badung) yang bernama seka gong wijaya kusuma.setelah kedua tokoh tersebut wafat maka ni wayan mudri bergabung dengan kkb rri studio Denpasar. Di samping rombongn topeng prembon innyoman pugra,saat itu di badung juga berkembang rombongan topeng prembon Ida bagus ngurah ( dalang buduk ) daweg dan kawan kawan dari lukluk. Ida bagus ngurah memperpopulerkan gending gending kusir dokar dalam pementasanya, sedangkan daweg yang populer karena tarian topeng tua ( werda lumaku ),yang dianggap paling berbobot saat itu, tidak lama dapat menyertai ida bagus ngurah karena lebihdulu meninggal ketika menggajar tari di Lombok.setelah semua tokoh topeng itu meninggal, maka pemerintahan daerah tingkat 1 bali mulai mengadaan festival tari topeng prembon yang di ikuti oleh orang semua orang di bali. Untuk itu kabupaten badung saat itu di wakili topeng carang sari di bawah pimpinan gusti ngurah windye yang dalam pementasan di sertai oleh penasar, wijil (tanpa topeng ), mantri bduh , galuh dan condong sebagaimanaa di temukan pada arja dengan demikian , hanya seorang penari yang menggunakan topeng , yaitu gusti ngurah windya.dalam pestival rombongan topeng kabupaten gianyar meraih juara 1 dan rombongan topeng kabupaten badung meraih juara 2 tetapi dalam perkembangan selanjutna topeng kabupaten badung ( caranng sari b) lebih populer di masyarakat nbali, sedangkan juara 1 tidak pernah kedengaran britanya ( mati setelah menjadi juara ).apabila di perhatikan pementasan yang di lakukan oleh inyoiman pugra dkk.ida bagus ngurah dkk.,tampak agak berbeda dengan pementasan gusti ngurah windye .trutama pada penasr dan wijil ang sama sama menggunakan topeng.I nyoman pugre yang memegang peranan sebagai wihjil byasa juga memegang tokoh lain seperti topeng panglembar topeng keras,topeng tue , topeng manis dan berganti ganti topeng sebagai bondres.demikian pula halnya yang di lakukan ida bagus ngurah dkk.,sedangkan pada pementasan yang di laksanakan oleh gusti ngurah windye hanya menggunakan topeng hanya sebagai panglembar topeng keras, tue ,dan berganti ganti topeng bondres .karna itu, pemntasan inyoman pugre ,dan ida bagus ngurah dkk.agaknya memenuhi selera penonton ketika itu dan sangat sesuai dengan nama pertunjukan topeng prembon . di sini ,yang paling memegang peranan adalah penari penari bertopeng lebih – lebih bila di ingat bahwa pertunjukan topeng sesuai masyarakat bali.
2.2 Bentuk
Pertunjukan
Topeng
Pajegan yang ditarikan oleh seorang aktor
dengan memborong semua tugas-tugas yang terdapat didalam lakon yang dibawakan.Di
dalam topeng Pajegan ada topeng yang mutlak harus ada, yakni topeng
Sidakarya.Oleh karena demikian eratnya hubungan topeng Pajegan dengan upacara
keagamaan, maka topeng ini pun disebut Topeng Wali.Dramatari Topeng hingga kini
masih ada hampir diseluruh Bali.
2.3 Fungsi
Pertunjukan
Fungsi
pertunjukan topeng adalah sebagai pengiring upakara dan upacara di pura atau
pun di luar pura seprti upacara Dewa Yadnya, upacara Rsi Yandya, Upacara
manusia dan upacara Pitra yadnya, sedangkan yang di pentaskan pada upacara
pitra yadnya,misalnya pertunjukan topeng sering mengambil lakon naga banda pada
upacara nyambutin umumnya mengambil lakon lahirnya kebo iwa dan lain
lainya.hasil loka karya topeng menyebutkan bahwa tari prembon tergolong
jenis tari bebali,sedangkan di masyarakat bali sering di sebut topeng wali yang
sama pungsinya dengan wali wayng , dahulu ,topeng yang di gunakan sebagai
upacara adalah tari topeng pajegan .topeng ini sebagai pertunjukan wali masih
pertahan kan sampai saat ini,biasanya di akhir pementasan akan di pentaskan
topeng “ sidhekarya” setelah di tarikanya topeng ini maka upacara di anggap
telah memenuhi persyaratan atau berhasil karena sesuai dengan arti kata yang
terkandung di dalamnya yaitu sidha(berhasil) dan karya(kerja)atau upacara semuanya
di anggap telah sempurna.topeng sidhe karya ini di bagi menjadi dua tipe yaitu
menarikan dengan mengucap dan menarikan dengan tidak mengucap mantra semuanya
tergantung kemampuan penari.(sumber bacaan : buku “topeng prembon dan mantra
sang penari, Iwayan Kardi).
KESIMPULAN
Dari materi diatas dapat saya
simpulkan bahwa seni pertunjukan tari Topeng Pajegan adalah seni pertunjukan
yang saling berkaitan dengan tarian topeng-topeng yang lain dan tari topeng
Pajegan ini pun bisa dimainkan tidak hanya dalam upacara keagamaan saja tapi
bisa dimainkan untuk kebutuhan hiburan juga
Selasa, 26 Mei 2015
Upacara Pakilia - Mentawai
Reviewed by Esemka
Date 5/26/2015 09:39:00 AM
Label:
kebudayaan
Upacara Pakilia - Mentawai
PAKILIA
Pra Pertunjukan
Pakiliayaitu budaya menyambut keluarga baru
dalam sebuah keluarga atau suku. Pakilia ini mulai dijalankan
sehabis pemberkatan pernikahan digereja yang biasanya hanya untuk agama Katolik
saja. Sepulang dari gereja, pihak sikebbukat uma dan juga sabajak (Saudara bapak) dan sakamaman (Ipar bapak) mulai
mempersiapkan segala sesuatunya yang digunakan untuk prosesi Pakilia.
Seperti ayam yang masih muda (simanosa) empat ekor, katsaila (daun
roh/pucuk enau/aren) empat
buah, gendang (kajeumak), ayam jantan
satu ekor.
Di
Sikabaluan Kecamatan Siberut Utara, terdapat upacara adat yang masih dijalankan
hingga saat ini, walaupun tidak semua suku lagi, yang menjalankan upacara adat
tersebut. Upacara adat penyambutan keluarga baru ini disebut pakilia,
satu-satunya suku yang masih menjalankannya di Sikabaluan setiap keluarga suku
ini melangsungkan pesta pernikahan yaitu suku Sikaraja.
Oleh
pihak Sikaraja hanya dapat menjalankan upacara adat pakilia apabila
pengantin laki-laki berasal dari suku mereka. Bila hanya pengantin perempuan
maka upacara adat pakilia ini tidak dijalankan yang mereka jalankan
upacara pasikau
iban toga (upacara memberikan ikan anak) berupa daging babi
yang dipilih secara khusus. Ini berdasarkan garis keturunan ayah atau
patrilineal.
Suku
lainnya yang ada Sikabaluan seperti suku Sabebegen, Sakelak Asak, Sapatundai,
Sapotuk, Sagurung, Sakerebau, Samanjolang tak lagi menjalankan upacara
adat pakilia karena sikebbukat
uma di dalam suku tersebut tak lagi paham dan mengerti
menjalankan upacara adat pakilia.
Pertunjukan
Pakilia
dijalankan sehabis pemberkatan pernikahan di gereja khusus yang beragama
Katolik, karena keselarasan adat dan budaya dengan agama Katolik masih berjalan
hingga sekarang,. Sepulang pemberkatan pernikahan secara agama, pihak sikebbukat
uma dan sabaja(saudara bapak) serta sakamaman (ipar
bapak) mulai menyiapkan segala sesuatu untuk mempersiapkan prosesi pakilia,
diantaranya ayam yang masih muda (simanosa) sebanyak empat ekor, katsaila (pucuk
enau/aren) empat buah gendang atau gajeumak, ayam jantan satu ekor.
Proses
susunannya, dua orang pendamping (ibu-ibu) yang memakai pakaian adat lengkap
dengan kedua pengantin berbaris satu banjar. Pada bagian paling depan antara
posisi nomor satu dan dua adalah pendamping, yang memakai pakaian adat, disusul
urutan ketiga adalah mempelai perempuan dan yang terakhir mempelai laki-laki.
Prosesi
jalannya dimulai dari ujung jembatan yang disusun papan hingga ke jenjang
rumah. Pendamping dan mempelai pada bagian tangan kanan mereka masing-masing
memegang katsaila,
sementara pada bagian tangan kiri mempelai mengapit ayam yang masih muda
atau simanosa.
Sebelum mereka berjalan akan diiringi musik gajeumak, sikebbukat uma akan
memotong ujung paruh ayam agar mengeluarkan darah. Darah yang ada diparuh ayam
ini akan dititikkan di salah satu bagian wajah, misalnya kening, hidung, pipi.
Ini disebut gombiat.
Setelah
pemasangan gombiat,
sikebbukat uma maju ke depan dengan memegang ayam jantan.
Sambil mengangkat ayam jantan ke atas,sikebbukat uma mengucapkan sukat (sumpah)
dengan lantang agar didengar pihak yang menghadiri upacara pakilia dan ulau manua.
Sukat yang akan diucapkan inilah yang banyak tidak diketahui
oleh sikebbukat
uma dari suku-suku lainnya yang ada di Sikabaluan.
Sukat yang
diucapkan tersebut bisa mencapai dua puluh pasikat (perumpamaan)
yang semuanya dikaitkan dengan alam kehidupan sehari-hari. Ini terkait dengan
keselarasan orang Mentawai dengan alamnya. Namun dalam melaksanakan pakilia,
sukat yang akan diucapkan paling banyak hanya lima.
Beberapa
sukat yang diucapkan diantaranya :
Ekeu kina
toiten
Sibalu
takakna
Elek simaingo
buana
Abe
kabuntenna
Simatorimianan
Elek
sigereibagana
Sigereibagamai
Pesan yang
terkandung di dalamnya adalah sebatang pohon kelapa yang memiliki tangga
delapan untuk menaikinya dan berbuah lebat. Dalam kehidupan
sehari-hari dalam mengarungi rumah tangga meniti kehidupan dengan perlahan dan
per tahap untuk mencapai keluarga yang rukun, sejahtera dan bahagia.
Ekeu kina oinan
Elek atak
tirikna
Rapakerek
tubum
Ubun
sikatirikna
Elek abe ka
mongana
Elek
rukoi-rukoi
Elek tak
sigereibagana
Sigerei
bagamai
Pesan yang
disampaikan yaitu tentang air sungai yang mengalir dari hulu ke hilir dan
berakhir pada pintu muara sungai. Artinya dalam kehidupan sehari-hari
selalu ada awal dan akhir dalam kehidupan yang diwarnai berbagai
macam cobaan, namun selalu satu tujuan yaitu kehidupan keluarga yang baik.
Ekeu kina
repdep
Raik-raik
gajuna
Elek ka
buntenna
Elek
simakuiraman
Elek tak
simairam mata
Maila mata
mai
Elek tak
sigereibagana
Sigerei
bagamai
Pesan yang
terkandung di dalamnya yaitu tentang sejenis pohon tebu yang tumbuh di tepi
sungai. Artinya dalam kehidupan sehari-hari jangan membuat malu keluarga karena
sikap dan tingkah laku yang tidak baik sehingga keluarga dan saudara jadi malu.
Namun menjadi panutan atau contoh yang diberikan itu menjadi kebanggaan
keluarga.
Ada juga
pesan yang diambil dari sebatang manau. Dimana batang
manau dalam pertumbuhannya untuk dapat menjulang tinggi ke atas menumpangkan
diri ke pohon-pohon yang ada di sekitarnya. Selain itu untuk mencapai puncak
manau seakan tak peduli dimana asal tumbuhnya karena akan menjaler ke
tempat-tempat lain demi mencapai ketinggian.
Pesan yang
mau disampaikan yaitu dalam kehidupan sehari-hari baik mempelai laki-laki atau
perempuan jangan bersifat menggantungkan diri kepada orang lain serta jangan
berslingkuh dengan istri atau suami tetangga atau orang lain. Masih banyak
pesan-pesan lagi yang dikaitkan dalam kehidupan sehari-hari dengan mengambil
dari alam.
Setelah
pengucapan sukat selesai, gajeumak berdentang.
Pendamping dan pengantin mulai berjalan perlahan dengan menginjit-injitkan kaki
diatas papan yang disusun dari ujung jembatan hingga ke ujung rumah keluarga
laki-laki. Lama mereka berjalan dari 10 hingga 15 menit, tergantung dari jarak
ujung jembatan dengan jenjang. Biasanya pendamping ini membuka sandal atau
sepatu agar mudah menginjitkan kaki.
Pesan yang
mau disampaikan kenapa berjalan pelan yaitu dalam
kehidupan hendaknya berjalan selaras dan perlahan sehingga mencapai
keluarga yang bahagia dan sejahtera hingga akhir hayat.
Selama dalam
proses berjalan berlangsung pihak keluarga, saudara dan kedua bela pihak baik
keluarga mempelai-laki dan perempuan membuat hal-hal yang lucu-lucu agar
menimbulkan kegembiraan bersama. Kadang ada yang bergoyang dengan mengambil
pasangan, ada yang membawa kuali, ada laki-laki yang bersolek atau memakai
pakaian perempuan.
Biasanya yang
membuat lucu-lucu ini adalah sabak dan sakamaman. Intinya dalam hal ini muncul rasa
kegembiraan dalam suku laki-laki karena anggota sukunya bertambah serta adanya
kesatuan antara dua suku dengan tali perkawinan.
Prosesi jalan
ini akan berakhir dengan pendamping yang paling depan menginjakkan kaki pada
jenjang tangga rumah pertama yang disertai dengan teriakan luluou (semacam
ucapan syukur) oleh semua anggota keluarga. Di depan pintu rumah atau jenjang
sudah adasikebbukat
uma dan pihak keluarga laki-laki yang akan mengambil katsaila (pucuk
enau yang diikat dengan bunga-bunga), ayam yang ada ditangan mempelai dan pendamping.
Ayam yang dipegang oleh pendamping dan mempelai dimasukkan ke dalam long ayam.
Sedangkan katsaila diambil
dan disematkan di bagian atap rumah dan tidak boleh diambil hingga membusuk dan
jatuh sendiri ke tanah. Tujuannya agar semua hal-hal yang mengganggu di dalam
kehidupan sehari-hari dapat terhindarkan hingga dalam menjalin keluarga dapat hidup
tentram dan damai sampai ajal menjemput.
Pasca
Pertunjukan
Setelah
proses berjalan selesai, akan disiapkan jamuan makan bersama untuk kedua
keluarga telah menyatu. Semua anggota suku dari pihak mempelai laki-laki dan
perempuan makan bersama dengan makanan khas Mentawai, diantaranya
sagu yang dimasak dalam bambu, sagu yang dimasak dalam daun sagu. Juga
ada siaru (keladi
yang dipotong kecil sebesar ibu jari dan dimasak dalam bambu). Kadang siaru ini
setelah matang dimasak dalam bambu, ditumbuk hingga halus kemudian dibuat
bulat-bulat yang dicampur dengan parutan kelapa muda.
Lauk pauk
dalam jamuan makan bersama ini daging babi dan ayam. Yang masak dan
menghidangkan jamuan makan bersama ini adalahsabajak sakamaman dan sakemeinan.
Sementara
untuk pendamping kedua mempelai akan diberikan penghormatan khusus sebagai
tanda ucapan terimakasih dengan membuatkan mereka daging ayam yang direbus.
Kedua pendamping ini akan makan daging ayam tersebut hingga habis.
Sehabis
jamuan makan bersama pada masa dulu dilanjutkan dengan perkenalan anggota
keluarga laki-laki pada mempelai perempuan. Ini tujuannya agar dalam
sehari-hari tidak terlihat batasan-batasan dalam berinteraksi. Selain
memperkenalkan keluarga laki-laki pada mempelai perempuan juga
dilanjutkan dengan nasehat dalam berumah tangga.
Namun karena perkembangan waktu, perkenalan
dengan keluarga dan pemberian nasehat ini dilangsungkan setelah acara jamuan
undangan selesai seperti sahabat, kerabat dan juga masyarakat lainnya yang
diundang dalam acara syukuran pernikahan.
Langganan:
Postingan
(
Atom
)