Selasa, 26 Mei 2015
Upacara Pakilia - Mentawai
Reviewed by Esemka
Date 5/26/2015 09:39:00 AM
Label:
kebudayaan
Upacara Pakilia - Mentawai
Posted by
Esemka
di
5/26/2015 09:39:00 AM
PAKILIA
Pra Pertunjukan
Pakiliayaitu budaya menyambut keluarga baru
dalam sebuah keluarga atau suku. Pakilia ini mulai dijalankan
sehabis pemberkatan pernikahan digereja yang biasanya hanya untuk agama Katolik
saja. Sepulang dari gereja, pihak sikebbukat uma dan juga sabajak (Saudara bapak) dan sakamaman (Ipar bapak) mulai
mempersiapkan segala sesuatunya yang digunakan untuk prosesi Pakilia.
Seperti ayam yang masih muda (simanosa) empat ekor, katsaila (daun
roh/pucuk enau/aren) empat
buah, gendang (kajeumak), ayam jantan
satu ekor.
Di
Sikabaluan Kecamatan Siberut Utara, terdapat upacara adat yang masih dijalankan
hingga saat ini, walaupun tidak semua suku lagi, yang menjalankan upacara adat
tersebut. Upacara adat penyambutan keluarga baru ini disebut pakilia,
satu-satunya suku yang masih menjalankannya di Sikabaluan setiap keluarga suku
ini melangsungkan pesta pernikahan yaitu suku Sikaraja.
Oleh
pihak Sikaraja hanya dapat menjalankan upacara adat pakilia apabila
pengantin laki-laki berasal dari suku mereka. Bila hanya pengantin perempuan
maka upacara adat pakilia ini tidak dijalankan yang mereka jalankan
upacara pasikau
iban toga (upacara memberikan ikan anak) berupa daging babi
yang dipilih secara khusus. Ini berdasarkan garis keturunan ayah atau
patrilineal.
Suku
lainnya yang ada Sikabaluan seperti suku Sabebegen, Sakelak Asak, Sapatundai,
Sapotuk, Sagurung, Sakerebau, Samanjolang tak lagi menjalankan upacara
adat pakilia karena sikebbukat
uma di dalam suku tersebut tak lagi paham dan mengerti
menjalankan upacara adat pakilia.
Pertunjukan
Pakilia
dijalankan sehabis pemberkatan pernikahan di gereja khusus yang beragama
Katolik, karena keselarasan adat dan budaya dengan agama Katolik masih berjalan
hingga sekarang,. Sepulang pemberkatan pernikahan secara agama, pihak sikebbukat
uma dan sabaja(saudara bapak) serta sakamaman (ipar
bapak) mulai menyiapkan segala sesuatu untuk mempersiapkan prosesi pakilia,
diantaranya ayam yang masih muda (simanosa) sebanyak empat ekor, katsaila (pucuk
enau/aren) empat buah gendang atau gajeumak, ayam jantan satu ekor.
Proses
susunannya, dua orang pendamping (ibu-ibu) yang memakai pakaian adat lengkap
dengan kedua pengantin berbaris satu banjar. Pada bagian paling depan antara
posisi nomor satu dan dua adalah pendamping, yang memakai pakaian adat, disusul
urutan ketiga adalah mempelai perempuan dan yang terakhir mempelai laki-laki.
Prosesi
jalannya dimulai dari ujung jembatan yang disusun papan hingga ke jenjang
rumah. Pendamping dan mempelai pada bagian tangan kanan mereka masing-masing
memegang katsaila,
sementara pada bagian tangan kiri mempelai mengapit ayam yang masih muda
atau simanosa.
Sebelum mereka berjalan akan diiringi musik gajeumak, sikebbukat uma akan
memotong ujung paruh ayam agar mengeluarkan darah. Darah yang ada diparuh ayam
ini akan dititikkan di salah satu bagian wajah, misalnya kening, hidung, pipi.
Ini disebut gombiat.
Setelah
pemasangan gombiat,
sikebbukat uma maju ke depan dengan memegang ayam jantan.
Sambil mengangkat ayam jantan ke atas,sikebbukat uma mengucapkan sukat (sumpah)
dengan lantang agar didengar pihak yang menghadiri upacara pakilia dan ulau manua.
Sukat yang akan diucapkan inilah yang banyak tidak diketahui
oleh sikebbukat
uma dari suku-suku lainnya yang ada di Sikabaluan.
Sukat yang
diucapkan tersebut bisa mencapai dua puluh pasikat (perumpamaan)
yang semuanya dikaitkan dengan alam kehidupan sehari-hari. Ini terkait dengan
keselarasan orang Mentawai dengan alamnya. Namun dalam melaksanakan pakilia,
sukat yang akan diucapkan paling banyak hanya lima.
Beberapa
sukat yang diucapkan diantaranya :
Ekeu kina
toiten
Sibalu
takakna
Elek simaingo
buana
Abe
kabuntenna
Simatorimianan
Elek
sigereibagana
Sigereibagamai
Pesan yang
terkandung di dalamnya adalah sebatang pohon kelapa yang memiliki tangga
delapan untuk menaikinya dan berbuah lebat. Dalam kehidupan
sehari-hari dalam mengarungi rumah tangga meniti kehidupan dengan perlahan dan
per tahap untuk mencapai keluarga yang rukun, sejahtera dan bahagia.
Ekeu kina oinan
Elek atak
tirikna
Rapakerek
tubum
Ubun
sikatirikna
Elek abe ka
mongana
Elek
rukoi-rukoi
Elek tak
sigereibagana
Sigerei
bagamai
Pesan yang
disampaikan yaitu tentang air sungai yang mengalir dari hulu ke hilir dan
berakhir pada pintu muara sungai. Artinya dalam kehidupan sehari-hari
selalu ada awal dan akhir dalam kehidupan yang diwarnai berbagai
macam cobaan, namun selalu satu tujuan yaitu kehidupan keluarga yang baik.
Ekeu kina
repdep
Raik-raik
gajuna
Elek ka
buntenna
Elek
simakuiraman
Elek tak
simairam mata
Maila mata
mai
Elek tak
sigereibagana
Sigerei
bagamai
Pesan yang
terkandung di dalamnya yaitu tentang sejenis pohon tebu yang tumbuh di tepi
sungai. Artinya dalam kehidupan sehari-hari jangan membuat malu keluarga karena
sikap dan tingkah laku yang tidak baik sehingga keluarga dan saudara jadi malu.
Namun menjadi panutan atau contoh yang diberikan itu menjadi kebanggaan
keluarga.
Ada juga
pesan yang diambil dari sebatang manau. Dimana batang
manau dalam pertumbuhannya untuk dapat menjulang tinggi ke atas menumpangkan
diri ke pohon-pohon yang ada di sekitarnya. Selain itu untuk mencapai puncak
manau seakan tak peduli dimana asal tumbuhnya karena akan menjaler ke
tempat-tempat lain demi mencapai ketinggian.
Pesan yang
mau disampaikan yaitu dalam kehidupan sehari-hari baik mempelai laki-laki atau
perempuan jangan bersifat menggantungkan diri kepada orang lain serta jangan
berslingkuh dengan istri atau suami tetangga atau orang lain. Masih banyak
pesan-pesan lagi yang dikaitkan dalam kehidupan sehari-hari dengan mengambil
dari alam.
Setelah
pengucapan sukat selesai, gajeumak berdentang.
Pendamping dan pengantin mulai berjalan perlahan dengan menginjit-injitkan kaki
diatas papan yang disusun dari ujung jembatan hingga ke ujung rumah keluarga
laki-laki. Lama mereka berjalan dari 10 hingga 15 menit, tergantung dari jarak
ujung jembatan dengan jenjang. Biasanya pendamping ini membuka sandal atau
sepatu agar mudah menginjitkan kaki.
Pesan yang
mau disampaikan kenapa berjalan pelan yaitu dalam
kehidupan hendaknya berjalan selaras dan perlahan sehingga mencapai
keluarga yang bahagia dan sejahtera hingga akhir hayat.
Selama dalam
proses berjalan berlangsung pihak keluarga, saudara dan kedua bela pihak baik
keluarga mempelai-laki dan perempuan membuat hal-hal yang lucu-lucu agar
menimbulkan kegembiraan bersama. Kadang ada yang bergoyang dengan mengambil
pasangan, ada yang membawa kuali, ada laki-laki yang bersolek atau memakai
pakaian perempuan.
Biasanya yang
membuat lucu-lucu ini adalah sabak dan sakamaman. Intinya dalam hal ini muncul rasa
kegembiraan dalam suku laki-laki karena anggota sukunya bertambah serta adanya
kesatuan antara dua suku dengan tali perkawinan.
Prosesi jalan
ini akan berakhir dengan pendamping yang paling depan menginjakkan kaki pada
jenjang tangga rumah pertama yang disertai dengan teriakan luluou (semacam
ucapan syukur) oleh semua anggota keluarga. Di depan pintu rumah atau jenjang
sudah adasikebbukat
uma dan pihak keluarga laki-laki yang akan mengambil katsaila (pucuk
enau yang diikat dengan bunga-bunga), ayam yang ada ditangan mempelai dan pendamping.
Ayam yang dipegang oleh pendamping dan mempelai dimasukkan ke dalam long ayam.
Sedangkan katsaila diambil
dan disematkan di bagian atap rumah dan tidak boleh diambil hingga membusuk dan
jatuh sendiri ke tanah. Tujuannya agar semua hal-hal yang mengganggu di dalam
kehidupan sehari-hari dapat terhindarkan hingga dalam menjalin keluarga dapat hidup
tentram dan damai sampai ajal menjemput.
Pasca
Pertunjukan
Setelah
proses berjalan selesai, akan disiapkan jamuan makan bersama untuk kedua
keluarga telah menyatu. Semua anggota suku dari pihak mempelai laki-laki dan
perempuan makan bersama dengan makanan khas Mentawai, diantaranya
sagu yang dimasak dalam bambu, sagu yang dimasak dalam daun sagu. Juga
ada siaru (keladi
yang dipotong kecil sebesar ibu jari dan dimasak dalam bambu). Kadang siaru ini
setelah matang dimasak dalam bambu, ditumbuk hingga halus kemudian dibuat
bulat-bulat yang dicampur dengan parutan kelapa muda.
Lauk pauk
dalam jamuan makan bersama ini daging babi dan ayam. Yang masak dan
menghidangkan jamuan makan bersama ini adalahsabajak sakamaman dan sakemeinan.
Sementara
untuk pendamping kedua mempelai akan diberikan penghormatan khusus sebagai
tanda ucapan terimakasih dengan membuatkan mereka daging ayam yang direbus.
Kedua pendamping ini akan makan daging ayam tersebut hingga habis.
Sehabis
jamuan makan bersama pada masa dulu dilanjutkan dengan perkenalan anggota
keluarga laki-laki pada mempelai perempuan. Ini tujuannya agar dalam
sehari-hari tidak terlihat batasan-batasan dalam berinteraksi. Selain
memperkenalkan keluarga laki-laki pada mempelai perempuan juga
dilanjutkan dengan nasehat dalam berumah tangga.
Namun karena perkembangan waktu, perkenalan
dengan keluarga dan pemberian nasehat ini dilangsungkan setelah acara jamuan
undangan selesai seperti sahabat, kerabat dan juga masyarakat lainnya yang
diundang dalam acara syukuran pernikahan.
Terimakasih Anda telah membaca tulisan / artikel di atas yang berjudul : Upacara Pakilia - Mentawai jangan lupa komen dan berbagi :)
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar