Senin, 11 Mei 2015
Contoh Makalah Analisis Nilai Estetika film How Art Made The World : The Day Pictures Were Born
Reviewed by Esemka
Date 5/11/2015 05:20:00 AM
Label:
Estetika
,
makalah
,
tugas
Contoh Makalah Analisis Nilai Estetika film How Art Made The World : The Day Pictures Were Born
Posted by
Esemka
di
5/11/2015 05:20:00 AM
Film How Art Made The World : The
Day Pictures Were Born
Nama :
Mohammad RifatNaofal
(1455402)
Cici Caniah (1455404)
Gerry Sundara Sunarman
(1455408)
Fathurrahman Maulana Syahid (1455428)
Enriko Greggy Wicaksono (1455452)
Kelas : B
Prodi : Televisi dan Film
Institut Seni
Budaya Indonesia
Jalan Buah batu
No. 212 Bandung 40265
Telepon : (022)
7314982 7315435 Faks. (022) 7303021
2015
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah
pujisyukurpenulispanjatkankepada Allah SWT., ataskarunia-Nyapenulisan makalah analisis
film How Art Made The World : The Day
Pictures Were Bornini dapat diselesaikan dengan tepat waktu.Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada
pihak–pihak yang telah memberikan dukungan dalam penyelesaian makalah analisis film How Art Made The World : The Day Pictures
Were Born, antara lain :
1.
Bapak
Syamsul Barry
2.
Para
Informan yang telah memberikan inspirasi dan informasi yang Tim Penulis tidak
dapat sebutkan satu - persatu
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah
analisis film How Art Made The World :
The Day Pictures Were Born ini tidak terlepas dari kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu segala kritik dan
saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat diharapkan.Semoga makalah
analisis film How Art Made The World : The
Day Pictures Were Born ini dapat memberikan pengetahuan khususnya bagi
penulis, khusunya bagi pembaca.
Bandung,
November 2015
Tim
Penulis
DAFTAR ISI
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Film dalam arti
sempit adalah penyajian gambar lewat layar lebar, tetapi dalam pengertian yang
lebih luas bisa juga termasuk yang disiarkan di TV. Film merupakan salah satu
media massa yang berbentuk audio visual dan sifatnya sangat kompleks. Film
menjadi sebuah karya estetika sekaligus sebagai alat informasi yang bisa
menjadi alat penghibur, alat propaganda, juga alat politik. Ia juga dapat
menjadi sarana rekreasi dan edukasi, di sisi lain dapat pula berperan sebagai
penyebarluasan nilai-nilai budaya baru. Film bisa disebut sebagai sinema atau
gambar hidup yang mana diartikan sebagai karya seni, bentuk populer dari
hiburan, juga produksi industri atau barang bisnis.
Estetika adalah
salah satu cabang filsafat. Secara sederhana, estetika adalah ilmu yang
membahas keindahan, bagaimana bisa terbentuk, dan bagaimana seseorang bisa
merasakannya. Pembahasan lebih lanjut mengenai estetika adalah sebuah filosofi
yang mempelajari nilai-nilai sensoris, yang dianggap sebagai penilaian terhadap
sentimen dan rasa. Estetika merupakan cabang yang sangat dekat dengan filosofi
seni. Meskipun awalnya sesuatu yang indah dinilai dari aspek teknis dalam
membentuk suatu karya, namun perubahan pola pikir dalam masyarakat akan turut
mempengaruhi penilaian terhadap keindahan.
Proses pembuatan
film merupakan hal yang tidak mudah dan tidak sesingkat yang kita tonton,
membutuhkan waktu dan proses yang sangat panjang, diperlukan proses pemikiran
dan proses teknik. Proses pemikiran berupa pencarian ide, gagasan, dan cerita
yang akan digarap. Proses teknik berupa keterampilan artistik untuk mewujudkan
ide, gagasan menjadi sebuah film yang siap ditonton. Pencarian ide atau gagasan
ini dapat berasal dari mana saja, seperti, novel, cerpen, puisi, dongeng,
sejarah, cerita nyata, bahkan kritik sosial pada pemerintah.Film How Art Made The World : The Day Pictures
Were Bornmerupakan sebuah film dokumenter mengenai bagaimana citra dapat
membentuk dunia yang saat ini kita tinggali.
1.2 Tujuan Dan Manfaat
Ø
Pembuatan
makalah ini merupakan bahan Ujian Tengah Semester 3 mata kuliah Estetika.
Ø
Untuk
menambah pengetahuan tentang estetika dalam film How Art Made The World : The Day Pictures Were Born.
Ø
Mengetahui
pengetahuan tentang estetika dalam film How
Art Made The World : The Day Pictures Were Born.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Analisis
Unsur Naratif
2.1.1 Review Film How Art Made The World : The Day Pictures Were Born
Judul Film :
“HOW ART MADE THE WORLD”
Episode 2 : “The Day Pictures Were Born”
Pembawa Acara : Dr. Nigel Spivey
Sutradara : Robin Dashwood & Mark Hedgecoe
Review :
Dalam kehidupan
sehari-hari, kita tak bisa lepas dari perpaduan titik, garis, bidang dan warna
yang membentuk sebuah citra dan arti, yang kita namakan dengan ‘gambar’ (
picture/image). Baik dalam bentuk sederhana pada rambu lalu lintas, hingga
bentuk yang lebih menarik pada pakaian, hiasan rumah aksesori, maupun pada
benda- benda lain di sekitar kita.
Bagaimana
seandainya gambar tidak pernah ada dalam hidup kita? Jauh di masa prasejarah,
selama lebih dari 100.000 tahun yang lalu, begitulah hidup manusia. Tidak ada
gambar sama sekali. Imageless . Hingga sekitar 35.000 tahun lalu dalam sejarah
peradaban, manusia mulai menciptakan
gambar untuk mencitrakan dan mengartikan sesuatu. Oleh para arkeolog,
periode ini disebut ‘ledakan kreatif’ (creative explosion period).
Pada tahun 1879, seorang arkeolog amatir bernama
Marcelino De Sautuola dan putrinya Maria, menemukan lukisan/gambar sekumpulan
Auroch (sejenis lembu ox yang sudah lama punah) di goa Altamira, Spanyol Utara.
Penemuan ini tidak dipercaya keasliannya karena gambar - gambar di goa tersebut
terlalu bagus untuk seniman prasejarah.
Hingga beberapa
dekade ke depan, penemuan- penemuan lukisan goa terjadi. Salah satu gambar
tertua yang paling terkenal adalah gambar di goa Lascaux, Perancis yang
ditemukan pada tahun 1940. Dinding goa tersebut penuh dengan gambar mammoth,
bison, rusa kutub dan kuda. Diduga alat- alat yang digunakan untuk melukis adalah tulang berbentuk datar sebagai
palet, alang - alang atau bulu digunakan sebagai kuas dan tumbuh- tumbuhan digunakan
sebagai sumber pewarna.
Kembali pada definisi gambar. Gambar
adalah perpaduan titik, garis, bidang dan warna yang dikomposisikan untuk
mencitrakan sesuatu. Bagaimana manusia yang tidak pernah melihat gambar
sebelumnya, terpikir untuk menciptakan gambar dan darimana asal muasal ide
untuk menciptakan sebuah gambar?
Pada
abad ke- 20, Henri Breuil, seorang pastur Perancis yang juga merupakan pakar
terkemuka dalam seni goa, menyatakan teori bahwa sama seperti seniman- seniman
di masa kini yang menggambar ulang keadaan lingkungan di sekitarnya, seniman-
seniman prasejarah juga menggambar/melukiskan kehidupan lingkungan di
sekitarnya. Dalam hal ini adalah berburu. Menurutnya, seniman prasejarah
memiliki kepercayaan bahwa, gambar -gambar hewan tersebut akan membantu mereka
untuk memperoleh banyak hewan buruan.
Namun, teori ini gagal karena tulang
belulang di sekitar goa yang diduga adalah hewan buruan dan makanan manusia
prasejarah, bukanlah merupakan tulang hewan-hewan yang digambarkan di dinding
goa, yang pada awalnya diduga sebagai gambar hewan buruan. Selain itu, para
seniman pada zaman ini menggambar di goa yang sempit dan gelap, yang tentu saja
jauh dari perhatian manusia pemburu lainnya, yang juga ingin memperoleh banyak
hewan buruan.
Beberapa tahun lalu, muncul sebuah
gagasan revolusioner untuk memecahkan pertanyaan tersebut. Terinspirasi dari
lukisan-lukisan serupa yang tampak seperti gambaran berburu, yang dibuat oleh
suku San atau biasa dikenal dengan Bushmen beberapa ratus tahun lalu, di tebing
Drakensberg, Afrika Selatan.
Salah
seorang peneliti lukisan goa, David Lewis Williams menjabarkan, suku San
percaya bahwa manusia hidup dapat meninggalkan tubuh dan berjalan mengunjungi
dunia roh. Hal ini terjadi ketika dalam keadaan trans ( trance) atau biasa
disebut dengan kesadaran yang berubah. Tradisi ini biasa dilakukan oleh tabib
dari suku San untuk menyembuhkan salah satu anggota keluarga suku tersebut.
Ternyata, lukisan suku San beberapa
ratus tahun lalu tersebut bukanlah menggambarkan kehidupan sehari- hari. Tetapi
merupakan pengalaman halusinasi mereka ketika sedang berada dalam keadaan
trans.
Teori baru muncul, berdasarkan kesamaan
pola lukisan yang terdapat pada lukisan
suku San yang hanya berusia ratusan tahun di Afrika, dengan pola lukisan
beribu-ribu tahun lalu di Eropa. Kesamaan tersebut selain objek utama merupakan
hewan yang kuat juga bentuk pola- pola lain seperti bulat- bulat, garis - garis
zig- zag dan bintik- bintik yang tampak digambarkan seperti motif di dinding
goa.
Lalu apa yang menyebabkan manusia di
lokasi dan waktu yang berbeda dapat menciptakan bentuk gambar yang sejenis?
David Lewis Williamskemudian menyatakan, jawabannya adalah pada kesamaan otak
seniman tersebut.
Dr.
Dominic Ffytch dari Institute of Psychiatry di London menyatakan bahwa, ada
bagian otak yang dapat mempengaruhi visualisasi seseorang, terlepas dari
riwayat kesehatan matanya. Untuk membuktikan hal ini, sukar elawan diminta
mengenakan sepasang kacamata khusus yang dapat menstimulus bagian visual pada
otak, dengan mata tertutup. Kacamata khusus tersebut tersambung dengan komputer
yang mengatur jumlah kilatan cahaya yang diberikan pada sukarelawan tiap detik.
Sti mulus yang diberikan pada otak tersebut menyebabkan sukarelawan dapat
‘melihat’ bentuk walaupun dengan mata tertutup. Pola yang dilihat sama, seperti
bulatan, warna- warni spektrum, garis- garis, kotak hitam putih dan jaring-
jaring.
Ffytche menerangkan, hal ini bisa
terjadi karena tampaknya ada bagian otak kita yang mewakili bentuk-bentuk/pola-
pola tersebut. Siapapun yang bagian otaknya tersebut terstimulus, maka akan
memperoleh visual serupa. Dalam keadaan trans, bagian otak ini pulalah yang
juga terstimulus . Begitu pula ketika mata dalam keadaan ‘lemah’ seperti
tertutup atau di ruang gelap, bagian otak ini akan terstimulus dan dapat
melihat pola-pola yang sama ketika berada dalam keadaan trans.
Hal
inilah yang menjelaskan, kenapa lukisan suku San bisa berpola sama dengan para
seniman prasejarah yang melukis di goa gelap yang sempit. Para seniman
prasejarah, kehilangan kemampuan indera matanya ketika berada di dalam goa
gelap dan otaknya terstimulus untuk berhalusinasi. Itulah mengapa para seniman
yang masuk ke dalam goa tanpa cahaya sama sekali, mungkin melihat bentuk-
bentuk yang sama. Halusinasi ini didukung pula oleh pengalaman kebudayaan
mereka, yang juga berperan penting sebagai referensi penciptaan visualisasi
tersebut. Yaitu hewan- hewan kuat yang dikagumi seperti Aurochs di Spanyol,
Mamot di Perancis dan Eland di Afrika.
Lahirnya gambar pertama kali bukan dari
pikiran tiba- tiba oleh manusia, melainkan dari mengenali bentuk dan citra yang
dibuat oleh otaknya yang diproyeksikan ke dinding. Para seniman prasejarah tersebut kemudian mengukir visi-
visi yang tercipta di kepala mereka tersebut di dinding goa.
Dan
12 ribu tahun yang lalu masa dimana manusia berhenti melukis didalam gua, di
Turki Selatan bukit Gilbeklitapey menjadi lokasi terjadinya revolusi agrikultur.
Perlunya menyediakan makanan dalam jumlah yang banyak untuk membangun monument
pemujaan. Puingnya penuh gambar dikarenakan sumbangan imajinasi masa- masa
sebelumnya, lukisan gua. Artinya setelah cara membuat diketahui, gambar akan
berkembang. Kegiatan menggambar telah terukir di otak. Meski begitu, dijelaskan
juga bagaimana tempat menjadi penting dalam kegiatan menggambar. Disampaikan
juga, gambar di Gilbeklitapey sangat lebih jelas terlihat pada malam hari
dengan penerangan api.
Kemudian
ada kalimat- kalimat yang menarik diakhir film:
“Karya
seni telah berkarakter kuat di otak manusia sehingga membawa perubahan terbesar
dalam sejarah manusia. Kini dunia modern kita didominasi oleh gambar - gambar,
dengan cara yang tak pernah terbayangkan oleh nenek moyang kita. Apa kata
mereka pada citra yang berpengaruh, yang dipancarkan keseluruh dunia dan
dilihat oleh jutaan orang? Tapi tak satupun ini akan terjadi tanpa orang ribuan
tahun lalu mendapat ‘wahyu’ bahwa garis, bentuk, dan warna dapat menangka
dunia.”
Gambar kemudian berkembang mengikuti
perkembangan peradaban manusia menjadi sebuah karya seni dalam berbagai
kategori. Lukisan, film dengan gambar bergerak (animasi) dan lain sebagainya.
Film dokumenter ini memang menghadirkan
suatu perspektif kritis mengenai kehadiran bentuk rupa dalam aktifitas dan
hidup manusia. Harus diakui bentuk- bentuk visual merupakan unsur penting dalam
setiap perubahan yang terjadi. Film ini tentu bisa menambah daftar pertanyaan
kita misalnya saja bagaimana posisi kehadiran visual saat ini. Film ini dan
segala konten- nya tentu merupakan
sumbangan berharga untuk perkembangan lebih lanjut tentang studi visual.
2.1.2 Analisis
5W + 1H
What : Mengangkat apa yang dilakukan
nenek moyang untuk membuat
gambar. Seperti apa latar belakangnya
dan alat apa yang
digunakan.
Why : Film ini menjelaskan mengapa
nenek moyang kita membuat
gambar? Motivasi mereka ketika membuat
sebuah gambar telah
dijelaskan di film ini.
Who : Dalam film ini disebutkan orang orang penemu gambar
di gua
seperti maria dan ayahnya. Kemudian disebutkan pula
beberapa
orang yang mempunyai teori tentang penciptaan
gambar.
When : Film ini menampilkan kembali masa
lalu dan menyajikan
kembali kejadian-kejadian sejarah yang
lampau.
Where
: Film ini sangat total untuk
memperoleh keberaran. Tempat-
tempat sumber informasi bisa dilihat di
film ini. Meskipun
sejarah, namun ada bagian reka ulang yang membuat
kita seperti
hidup di tempat tersebut.
How : Film ini menjelaskan suatu proses
bagaimana awal mula gambar
tercipta.
2.1.3 Dampak
kepekaan estetis setelah menonton film How
Art Made The World
Film adalah alat komunikasi yang sangat
membantu proses pembelajaran efektif. Apa yang terpandang oleh mata dan
terdengar oleh telinga, lebih cepat dan mudah diingat.
Manfaat Film ini selain sebagai media
informasi, film dokumenter ini bermanfaat untuk menyampaikan sebuah pesan
tentang awal mula gambar tercipta, secara lebih alami kemudian dikuatkan dengan
pendapat para narasumber yang menguasai dibidang tersebut. Sehingga pesan yang
ingin disampaikan terhadap penonton lebih terarah kemudian terkonsep dengan
baik, dan dapat diterima dan dimengerti dengan baik oleh masyarakat.
Adapun beberapa fungsi film ini yang
berdampak kepada pengalaman estetis penonton.
·
Mampu menghadirkan
suasana dan kejadian seperti kejadian yang sebenarnya tanpa membahayakan nyawa
manusia, misalnya ketika di film ada subjek yang trans, kita tidak perlu ikut
trans untuk mengetahui apa yang dirasakan orang tersebut.
·
Dalam hubungannya
dengan tujuan kognitif, film dapat digunakan untuk
1. Mengajarkan
pengenalan kembali tentang bagaimana gambar diciptakan.
2. Mengajarkan
aturan dan prinsip. Bahwa dahulu, gambar dibuat ketika orang sedang trans dan
bertujuan untuk menunjukan apa yang dilihat oleh orang trans tersebut.
·
Dalam hubungannya
dengan tujuan psikomotor, film ini digunakan untuk memperlihatkan contoh
bagaimana dahulu nenek moyang kita menggambar, mengajarkan cara menggunakan
suatu alat untuk menggambar, cara menggambar, dan sebagainya. Selain itu, film
juga dapat memberikan umpan balik tertunda kepada mahasiswa secara visual untuk
menunjukkan tingkat kemampuan mereka dalam berfikir kritis dan mengembangkan
ilmu pengetahuannya setelah beberapa waktu kemudian.
·
Dengan hubungannya
dengan tujuan afektif, film ini dapat mempengaruhi emosi dan sikap seseorang,
yakni dengan menggunakan berbagai cara dan efek. Film ini merupakan alat yang
cocok untuk memperagakan informasi afektif, baik melalui efek optis maupun
melalui gambaran visual yang berkaitan.
·
Film ini menjelaskan
suatu proses bagaimana awal mula gambar tercipta. Maka bisa dikatakan film ini
memberikan edukasi yang baik kepada penonton.
·
Film ini menampilkan
kembali masa lalu dan menyajikan kembali kejadian-kejadian sejarah yang lampau.
Dengan kata lain, penonton menjadi tahu apa yang terjadi di masa lampau tanpa
terbatasi jarak dan waktu.
·
Film ini juga
menyampaikan suara seseorang ahli sekaligus melihat penampilannya. Artinya bisa
dikatakan bahwa konten yang berada di film ini bisa dipercaya, karena bersumber
dari para ahli. Walaupun terdapat pendapat yang keliru kedepannya, itupun bisa
diluruskan oleh teori selanjutnya.
2.2
Analisis
Unsur Sinematik
2.2.1 Estetika
Audio
Film produksi BBC (2005), sebuah
dokumenter yang dipandu dr. Nigel Spivey. Prolognya disekitar 3 menit pertama,
disampaikan:
“Gambar mendominasi
kita. Cerita yang luar biasa tentang bagaimana kita manusia menemukan kekuatan
citra, dan bagaimana citra mencipta dunia yang kita tinggali sekarang”
Film berjudul HOW ART MADE THE WORLD,
cukup banyak menyajikan nama orang, tempat, teori, angka tahun, dan data-data
lain. Sedikit sulit memulai menulis resume dokumenter seperti ini, menyusun dan
merangkai gambaran umum atau pun pelengkapnya yang disampaikan dalam film.
Dari estesika Audio, di film ini banyak
memakai musik – musik ilustrasi yang mempunyai motivasi, dan rasa penasaran. Tujuannya
untuk pisikologis yang menonton menjadi penasaran. Pesan yang ingin disampaikan
oleh sang sutradara banyak di bagian
segmen visual dimasukan sound FX, ini ciri dari gimik agar penonton
semakin penasaran dengan isi cerita film
ini. Di film ini juga konsep narasi dipakai dari 3 babak, berarti hampir
keseluruhan memakai narasi. Fungsi narasi ini memang hal yang paling lazim digunakan
dalam pembuatan film dokumenter, supaya penonton dapat memahami dengan cermat
alur dari awal hingga akhir.
Berikut ini adalah 2 kolom audio dalam
bentuk naskah film dokumenter, yaitu naskah satu kolom dan naskah dua kolom.
1. Naskah
Satu Kolom
Dalam
naskah satu kolom, penulisan deskripsi unsur audio dan visual tidak dipisahkan.
Semua ditulis berurutan tanpa pemisahan kolom. Khusus untuk film dokumenter
yang akan direkam dengan treatment yang sudah di buat oleh sang sutradara.
a) Adegan
(scene) tidak perlu diberi nomor urut karena progresi perekaman akan terjadi
bersamaan dengan saat penampilan.
b) Riset
yang kuat. Supaya element audio ambien di lokasi bisa di olah saat produksi,
tidak banyak penyuntingan dan unsur dramatik sudah dilaksanakan pada saat
perekaman.
2. Naskah
Dua Kolom
Dalam
naskah dua kolom penulisan deskripsi visual seperti setting, gerakan kamera,
instruksi acting, dan efek visual dituliskan di kolom yang terpisah dari kolom
audio. Jadi, kolom audio khusus untuk menuliskan unsur-unsur audio termasuk
narasi, dialog, sound effect, musik, dan instruksi auditif.
Pada
prinsipnya, dari segi isi, naskah satu kolom dan dua kolom akan menghasilkan
produk yang identik. Namun, dari segi tata letak tampak lebih konvensional.
Walaupun demikian, dalam produksi yang sesungguhnya banyak sutradara lebih
menyukai bentuk satu kolom. Alasannya, bagian kiri naskah yang kosong dapat
digunakan sebagai tempat untuk membubuhkan catatan khusus arahan. Misalnya
kapan harus cut, atau dissolve dari satu kamera ke kamera
lain, tanda atau cut gerak kamera
atau objek, musik, sound effect, dan
catatan sumbernya.
2.2.2 Estetika
Visual
Dibagian awal dibuat sebuah perbandingan
namun pergerakan kamera keduanya sama, yang berbeda hanya editingnya saja.
Untuk menambah kesan bingung atau menceritakan bahwa objek sedang mencari
sesuatu, pergerakan kamera saat dibagian awal dibuat bergetar, sengaja tidak
menggunakan tripod.
Saat visual berpindah zaman atau
menceritakan masa lalu selalu diawali dengan gambar yang berkesinambungan,
misalnya visual gambar lukisan anak kecil lalu beberapa detik kemudian anak
kecil itu diperankan sehingga mempertegas keadaan dan memperjelas isi narasi
dengan reka ulang adegan yang diperankan oleh anak kecil itu.
Kontiniti dalam film ini selalu dibuat
berkesinambungan, dimulai dari tempat, dari lukisan, atau objek lain yang
terdapat dinarasi, semuanya dibuat berkesinambungan dengan presenter.
Di bagian menuju akhir film, visual
dibuat serasa megah karena ditambah efek glow dan ghosting efek untuk menambah
kesan dramatic dengan ditambah lagu yang megah.
Setelah menonton film dokumenter ini,
kita dapat mengetahui sejarah awal mula adanya gambar. Film ini memberikan
pengetahuan tentang sejarah bagaimana manusia prasejarah awalnya mengkreasikan
suatu karya seni berupa citra, serta alasan mereka membuat citra tersebut. Film
ini disajikan dengan menarik, sehingga orang yang menontonnya tidak merasa
bosan. Dengan dikemas suara/musik pendukung serta ilustrasi masa prasejarah,
penonton dapat dengan mudah mengerti isi cerita dari film tersebut. Selain itu,
film ini disajikan dengan dokumen dan pendapat dari para ahli yang dapat
memperkuat bukti dari sejarah.
2.2.3 Mice En Scene
Rangkaian
adegan pembuka How Art Made The World :
The Day Pictures Were Born berlangsung di sebuah public place dimana presenter Dr Nigel Spivey memaparkan dengan
serius namun dengan pembawaan yang santai mengenai gambar atau pencitraan yang
sudah mendominasi hidup kita saat ini dan memberikan gambaran bagaimana jika
gambar – gambar tersebut tidak ada.
Di
scene selanjutnya, di sebuah bukit
terlihat Dr Nigel Spivey sedang menggambar seekor kuda yang tidak juah berada
di depannya dengan ekspresi serius. Dr Nigel Spivey mencoba memperlihatkan
bagaimana Ia mencoba membuat pencitraan dengan sebuah pensil di atas secarik
kertas.
Nampak di dalam sebuah museum, di depan
lukisan kuda, Dr Nigel Spivey memaparkan mengenai lukisan kuda tersebut dengan
santai dan jelas. Dr Nigel Spivey mengenai lukisan pada kepingan kecil yang
merupakan peninggalan sejarah, kita bisa lihat bagaimana lukisan pada zamannya.
Contoh dari lukisan – lukisan lain yang juga diperlihatkan. Pencahayaan yang
pas membuat Dr Nigel Spivey terlihat dengan jelas. Kostum yang dipakainya
merupakan pakaian formal dengan kemeja berwarna biru muda.
Lokasi
perpindah ke sebuah tempat bernama Almatira, Spanyol Utara. Dengan pembawaannya
yang santai, Dr Nigel Spivey menjelaskan maksud dari tempat bersejarah
tersebut. Ilustrasi adegan saat seorang anak berumur 9 tahun bernama Maria yang
ikut dengan ayahnya dalam sebuah penelitian di gua. Kostum yang digunakan oleh
Maria dan ayahnya sangat mirip dengan kostum yang digunakan pada zamannya
sehingga ilustrasi tersebut terlihat benar benar seperti nyata. Lentera yang
digunakan benar – benar menunjukkan bagaimana gelapnya gua tersebut sehingga
materi yang dijelaskan serta lukisan yang berada di dalam gua tersebut benar –
benar adanya dan tidak diragukan lagi.
Di depan sebuah gedung yang terdapat
anak – anak tangga, Dr Nigel Spivey menggunakan anak – anak tangga tersebut
untuk memudahkannya dalam menjelaskan manusia modern sudah ada sejak 150 ribu
tahun yang lalu. Dengan bantuan presentase warna biru dan jingga memudahkan
penonton membayangkan kapan terjadinya ledakan kreatif.
Di
dalam gua yang berada di Pech Merle, Perancis, Dr Nigel Spivey menggunakan
sebuah senter untuk melihat sebuah lukisan dengan citra yang aneh terlukis di
dinding gua yang begitu gelap dengan kedalaman yang susah untuk dicapai.
Di sebuah museum, Dr Nigel Spivey
memperlihatkan lukisan kuda yang lumayan besar dengan pencahayaan yang berasal
dari atas lukisan tersebut sehingga member kesan keindahan dari lukisan
tersebut. Dr Nigel Spivey juga member gambaran terhadap orang yang tidak pernah
melihat gambar sebelumnya dengan contoh sebuah gambar yang bisa berubah.
Di
Afrika Selatan, Dr Nigel Spivey mengunjungi sebuah tebing bebatuan dimana
terdapat lukisan – lukisan yang mampu menjawab pertanyaan yang menjadi bahasan
dalam kali ini. Dengan bantuan penjelasan dari David Lewis Williams yang kagum
terhadap lukisan tersebut. Terlihat Suku San yang sedang berburu dengan membawa
panah dan dengan pakaian yang terbilang sudah modern, hal tersebut menjelaskan
bahwa meskipun Suku San masih berburu namun mereka tidak lagi melukis karena
tidak ada lagi batu untuk dilukis dan tradisi nenek moyang mereka telah lenyap.
Namun, di Cape Town terdapat banyak arsip yang salah satunya dapat mengungkap
rahasia di balik seniman San yang telah mati. Dr Nigel Spivey mengunjungi sebuah
desa bernama Desa Chunkwe di Namibia untuk menyelidiki lebih lanjut. Dr Nigel
Spivey mewawancarai seorang Shaman yang memang sering terlibat langsung. Pada
malam hari, masyarakat setempat melakukan sebuah upacara dengan formasi
melingkar mengelilingi api unggun, para wanita menyenandungkan nyayian yang
diiringan tepukan tangan sebagai mantra dan terlihat seorang Shaman yang mulai
trans. David Lewis Williams menjelaskan hubungan antara trans dan lukisan di
dinding tersebut.
Di
sebuah Lembaga Psikiatri di London, Dr Nigel Spivey bertemu dengan Dominic,
seorang dokter, untuk menemukan pemacahan masalah mengenai otak manusia dengan
sebuah alat yang dapat merangsang citra di otak. Dengan cahaya yang berasal
dari bawah menunjukkan bahwa penelitian ini membutuhkan intensitas cahaya
rendah. Ilustrasi apa yang dilihat Dr Nigel Spivey dalam penelitian tersebut membantu penonton memahaminya.
Gilbeklitapey,
sebuah bukit besar di Turkey Selatan ditemukan struktur – struktur kolosal
terbuat dari megalit raksasa berbentuk T. Terlihat cahaya mahatari mulai
terbenam, merupakan visualisasi yang menjelaskan bahwa lebih indah dilihat di
malam hari. Bahwa megalit – megalit tersebut dipenuhi ukiran hewan besar
apabila dilihat menggunakan sinar api atau obor. Terlihat lukisan babi hutan,
rubah, singa dan masih banyak lagi.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Film bukan semata – mata pemindahan
realitas di hadapan kita yang begitu saja dipindahkan ke dalam layar, tetapi
ada nilai – nilai yang dimiliki oleh pembuatnya yang ingin ia masukkan.
Perkembangan dan pertumbuhan film yang begitu pesat dan mampu menggerakkan
khalayak sebagai penonton maka hasil kajian film dapat dijadikan dasar
penilaian apakah film tersebut layak ditonton atau sebaliknya. Suatu film
sebaiknya dinilai dari segi artistik bukan secara rasional saja, sebab jika
hanya dinilai secara rasional, sebuah film artistik boleh jadi tidak berharga
karena tidak mempunyai maksud dan makna tertentu.
Ada banyak hal yang dapat dipelajari
selama proses pengerjaan penyusunan makalah analisis film HowArt Made The World : The Day Pictures Were Bornini. Dimana diantaranya ialah banyak
unsur yang membangun sebuah film. Unsur terbesarnya yaitu estetika. Kemudian
estetika sendiri terbagi menjadi unsur naratif dan unsur sinematik seperti
estetika visual, estetika audio, dan mise en scene. Semua unsur ini membangun
dan menciptakan karya sinematografi seperti dalam film HowArt Made The World : The Day Pictures Were Born.
3.2 Saran
Demikian makalah analisis film HowArt
Made The World : The Day Pictures Were Born ini disusun dan dirancang mulai
dari unsur naratif sampai unsur sinematik. Tim penulis menyadari bahwa
penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu timpenulis sangat
menharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
penulisan di masa yang akan datang. Akhir kata semoga desain produksi ini dapat
terealisasi sesuai dengan perencanaan dan dapat berguna bagi timpenulis
khususnya dan bagi para pembaca umumnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Arief S. Sadiman, dkk. Media pendidikan: Pengertian, Pengembangan,
dan Pemanfaatannya. Jakarta: Rajawali. 2009.
Arsyad, Azhar. Media pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2009.
BBC series, How Art Made The World
Munadi , Yudhi. Media pembelajaran: Sebuah pendapatan baru.Ciputat:Gaung Persada.
2008.
Prof. Dr. H. Asnawir dan M. Basyirudin
Usman. Media pembelajaran. Jakarta:
Ciputat Press. 2002.
Terimakasih Anda telah membaca tulisan / artikel di atas yang berjudul : Contoh Makalah Analisis Nilai Estetika film How Art Made The World : The Day Pictures Were Born jangan lupa komen dan berbagi :)
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Siapakah yang menciptakan estetika bentuk
BalasHapus