Senin, 11 Mei 2015
Upacara Adat Rambu Solo
Reviewed by Esemka
Date 5/11/2015 09:16:00 AM
Label:
artikel
,
kebudayaan
Upacara Adat Rambu Solo
Posted by
Esemka
di
5/11/2015 09:16:00 AM
Upacara Adat Rambu Solo
(Upacara Pemakaman Etnis Tana Toraja)
Rambu Solo adalah upacara adat kematian
masyarakat Toraja yang bertujuan untukmenghormati dan menghantarkan arwah orang
yang meninggal dunia menuju alam roh,yaitu kembali kepada keabadian bersama
para leluhur mereka di sebuah tempatperistirahatan. Upacara ini sering juga
disebut upacara penyempurnaan kematiankarena orang yang meninggal baru dianggap
benar-benar meninggal setelah seluruhprosesi upacara ini digenapi. Jika belum,
maka orang yang meninggal tersebuthanya dianggap sebagai orang sakit atau
lemah, sehingga ia tetap diperlakukanseperti halnya orang hidup, yaitu
dibaringkan di tempat tidur dan diberihidangan makanan dan minuman bahkan
selalu diajak berbicara.
Puncak dari upacara Rambu solo ini
dilaksanakandisebuah lapangan khusus. Dalam upacara ini terdapat beberapa
rangkaian ritual,seperti proses pembungkusan jenazah, pembubuhan ornament dari
benang emas danperak pada peti jenazah, penurunan jenazah ke lumbung untuk
disemayamkan, danproses pengusungan jenazah ke tempat peristirahatan terakhir.
Selain itu, dalam upacara adat ini
terdapatberbagai atraksi budaya yang dipertontonkan, diantaranya adu
kerbau,kerbau-kerbau yang akan dikorbankan di adu terlebih dahulu sebelum
disembelih,dan adu kaki. Ada juga pementasan beberapa musik dan beberapa tarian
Toraja.
Kerbau yang disembelih dengan cara menebas
leherkerbau hanya dengan sekali tebasan, ini merupakan ciri khas masyarakat
TanaToraja. Kerbau yang akan disembelih bukan hanya sekedar kerbau biasa,
tetapikerbau bule Tedong Bonga yang harganya berkisar antara 10 50 jutaatau
lebih per ekornya.
Sistem kepercayaan tradisional suku Toraja
adalah kepercayaan anisme politeistik yang disebut aluk, atau “jalan” (kadang
diterjemahkan sebagai “hukum”). Dalam mitos Toraja, leluhur orang Toraja datang
dari surga dengan menggunakan tangga yang kemudian digunakan oleh suku Toraja
sebagai cara berhubungan dengan Puang Matua, dewa pencipta.Alam semesta,
menurut aluk, dibagi menjadi dunia atas (Surga) dunia manusia (bumi), dan dunia
bawah.Pada awalnya, surga dan bumi menikah dan menghasilkan kegelapan, pemisah,
dan kemudian muncul cahaya. Hewan tinggal di dunia bawah yang dilambangkan
dengan tempat berbentuk persegi panjang yang dibatasi oleh empat pilar, bumi
adalah tempat bagi umat manusia, dan surga terletak di atas, ditutupi dengan
atap berbetuk pelana. Dewa-dewa Toraja lainnya adalah Pong Banggai di Rante
(dewa bumi), Indo’ Ongon-Ongon (dewi gempa bumi), Pong Lalondong (dewa
kematian), Indo’ Belo Tumbang (dewi pengobatan), dan lainnya.
Kekuasaan di bumi yang kata-kata dan
tindakannya harus dipegang baik dalam kehidupan pertanian maupun dalam upacara
pemakaman disebut to minaa (seorang pendeta aluk). Aluk bukan hanya sistem
kepercayaan, tetapi juga merupakan gabungan dari hukum, agama, dan kebiasaaan.
Aluk mengatur kehidupan bermasyarakat, praktik pertanian, dan ritual keagamaan.
Tata cara Aluk bisa berbeda antara satu desa dengan desa lainnya. Satu hukum
yang umum adalah peraturan bahwa ritual kematian dan kehidupan harus
dipisahkan. Suku Toraja percaya bahwa ritual kematian akan menghancurkan
jenazah jika pelaksanaannya digabung dengan ritual kehidupan.Kedua ritual
tersebut sama pentingnya.
Sumber: http://hasanuddin-airport.co.id/detail/wisata/upacara-adat-rambu-solo039-upacara-pemakaman--toraja
Terimakasih Anda telah membaca tulisan / artikel di atas yang berjudul : Upacara Adat Rambu Solo jangan lupa komen dan berbagi :)
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar